Saturday 18 November 2017

iSydney : 1st Chapter : Going around Sydney

Saya kebetulan datang dari keluarga kristen yang terbilang taat dan rajin beribadah. Walau saya harus mengkaui satu hal, saya mungkin tidak se-setia dan sepengabdi orang tua saya. Saya termasuk malas ke gereja. Tapi walau begitu, saya percaya satu hal. When there is no one you can depend on, you can only depend on God. Whether you like it or not, you need God. Yaa... bukan berarti pikiran saya sesempit mereka yang selalu fokus melulu sama agamanya. Bikin sakit kepala, demo pake berjilid - jilid. Ini yang saya suka dari Australia, no more demo berjilid. No more men with white daster ( if you know what i mean ). Hahahaha...

Back to square one, jadi hari minggu, saya harus ke gereja, Tapi ragu mau ke gereja mana. Akhirnya karena rekomendasi beberapa teman, saya ke gereja yang hanya beda 1 station sama tempat tinggal saya. Lokasinya di Chalmer St. Itupun alamatnya gak lengkap, dalam arti gak dikasih tau arah keluar nya exit pintu yang mana. Jadi saya cuma lihat alamatnya, cek google, ternyata turunnya di station Central. Saya pun hanya melangkah mengikuti kaki saja. Saya keluar ke arah south concourse. Tapi begitu tiba di jalan raya, saya bingung. Yang mana yang ke arah Chalmer St? Damn..! saya celingak celinguk gak jelas, akhirnya, saya hampiri seorang petugas pekerja kontraktor di dekat station. Diapun gak ngerti alamatnya. Tapi dia bilang, kalau saya ke kanan, itu nomornya makin kecil, jadi karena nomor rumahnya makin besar, saya mesti ke kiri. Jadilah saya ikutin arahan si petugas.Setelah jalan kurang lebih 2 - 3  menit, ketemu juga gerejanya! Akhirnyaaa.... untungnya tidak telat, jadi saya langsung masuk. Begitu masuk, seperti biasa ada penyambut tamu. Tentu karena gereja nya tidak besar, ketahuan banget lah kalau saya anggota baru. Begitu saya melangkah buat cari tempat duduk, penyambut tamunya bisik - bisik. Yaaa.. bisik - bisik sih, tapi lumayan gede karena saya bisa denger. mereka bilang, " kayaknya orang baru ya? ",, ya ampun kakak... kalau mau bisik - bisik, ikutin standard donk.. ahahahahhaa...

Kebaktian berjalan sekitar 1,5jam. Setelah kebaktian selesai, saya segera pulang ke apartement. Teman saya sudah sibuk whatsapp dan bilang ketemuan di Station jam 3 sore. Well, fine. Saya juga gak ada kerjaan lain sih. Jadilah saya pergi janjian sama teman saya. Kami pun jalan, makan dan have fun. Saya ditunjukkan semua turis spot di Sydney. But yeah.. since it is a VERY ICONIC tourist spot, buat saya bosan. Dan berhubung rupanya selama seminggu sebelum saya tiba di Sydney, cuaca sedang mendung dan sering hujan. Untungnya hari itu tidak hujan, tapi mendung. Jadi saya tidak bisa foto juga. Kami juga mengobrol lama sampai jam makan malam tiba. Teman saya termasuk heran dan takjub sama saya, karena di saat saya baru tiba di Sydney, saya sudah berani pergi sendiri, gak pake takut. Well, to be honest my friend, I AM SCARED. Tapi perkataan sepupu saya serta beberapa input dari backpacker, namanya jalan - jalan gak boleh takut. Dalam arti, saat anda mau jalan, dan tidak tahu jalan, tetap pasang muka pede. Kalau ternyata beneran tersesat, mending masuk ke convenience store macam sevel, circle K, etc dan tanya jalan ke mereka, daripada nanya orang - orang yang lewat, karena justru lebih bahaya, dan kita bisa aja dikerjain atau bahkan dirampok! dan especially, sepupu saya selalu bilang, malu banget kalau dia punya sepupu tapi gak independent. Mending tersesat, tapi loe dapat pengalaman, daripada loe gak berani sendiri. Well said, cousin!

Kami jalan - jalan ke Sydney Opera House, Sydney Bridge dan Darling Harbour. Pas ditanya, gimana kesannya? saya cuma bisa jawab, ' yaaaa.. biasa aja sih ". Guubbrraakk... saya yakin para pembaca akan bilang, saya gila! Well, i am! kalau membandingkan segi bangunan, arsitektur, dll, sebetulnya kita gak kalah. Bedanya, di Ausie bangunan tua dan kuno, apalagi yang ada nilai sejarah, dirawat bener - bener dan dijaga. Di indonesia, dibiarkan begitu saja. Coba tengok Jakarta, ada kota tua. Dirawat apa gak? baru benar - benar dirawat dan diperhatikan di zaman Jokowi-Ahok. Di Ausie, area macam kota tua, namanya The Rocks. Ini area asli hip banget, cafe tematik dan hotel banyak di area ini. Saya suka banget kawasan ini. Beda banget, karena semuanya bangunannya itu seperti bangunan Eropa. Sama - sama banyak bangunan tua ala eropa, tapi beda cara perawatannya. Padahal, kalau dirawat bener, saya cukup yakin, area kota tua di Jakarta, dari Stasiun Kota sampai Sunda Kelapa, bisa dibuat macam The Rocks.

Sydney at Night from apartment balcony
Bosan di kota, malamnya kami ke area Suburb, namanya Kingsford. Perjalanan dengan mobil cuma sekitar 20 menit dan lancar, bahkan jalanan bisa dibilang kosong! Ini bedanya. Jarak dari City ke Suburb ini, sebetulnya bahkan lebih jauh dibanding Kelapa Gading ke Gunung Sahari. Tapi karena jalanan gak macet, dan kalau macetpun maksimal tetap 30 menit perjalanan. Jadi gak terasa jauhnya. Coba di Jakarta? yep, jarak Kelapa Gading - Gunung Sahari, sekali jalan sama dengan bolak balik dari city ke suburb. Kingsford ini area orang indonesia..! Kenapa? karena makanan yang dijual disini, semuanya masakan Indonesia. Bayangin, nasi padang, ayam goreng, dll. Saya makan di restoran yang namanya KCR a.k.a Kingsford Chinese Restaurant. Wkwkwkwkw... saya harus bilang, makanan chinese food disini top markotop. Maap ya, saya gak banyak foto makanan. Nanti kalau balik lagi, saya akan foto dan review makanan ini di episode selanjutnya. Hihihihi.

Setelah makan, kamipun pulang ke rumah masing - masing. Saya di drop teman di depan apartment. Hahahaa.. tinggal saya bingung, besok saya mau ngapain ya selama seminggu? hahahaha..

Friday 17 November 2017

iSydney : 1st Chapter : Day 1 and still counting up

Yeah, at least judulnya 1st chapter, ampe akhir november ini. I plan to make 12 chapter of my life here in Australia..hehehe.
Jadi saya terbang menggunakan pesawat kebanggaan Indonesia. Baru juga sampai di airport, rasanya berat mau pergi. Belum apa - apa udah kangen Indonesia ( yaelah, kayak gue diinget aja sama pemerintah ). Ini pertama kali saya menjejakkan kaki di T3 Ultimate, yang konon katanya mengalahkan Changi Airport. Tapi setelah menjejakkan kaki, biasa aja sih. Setelah masuk ke dalam - dalam sampai di ruang tunggu / boarding gate, tetep aja biasa banget. Apa mungkin efek saya udah terlalu sering ke Singapore sampai jadi brain wash gitu? Dunno.. 

Singkat cerita, saya masuk pesawat. Di pesawat, favorit saya duduk di aisle seat alias duduk di kursi yang dekat gang. Saya gak terlalu suka duduk window, apalagi duduk di tengah. Kebetulan, seat map nya 2-4-2. Sebelah saya seorang ibu - ibu, let's call her Tante. Dia gak keliatan ibu - ibu, malah lebih ke arah tipikal emak - emak gaul. Jadi saya panggil dia tante. Jujur saya gak tau namanya siapa. But she is such a very nice lady. Saya mengobrol cukup lama dengan dia sepanjang perjalanan. Saya jujur, tidak terlalu suka dengan pesawat overnight, karena asli, saya bahkan gak bisa tidur sepanjang perjalanan.  Pesawat berangkat tepat jam 22.30, mendarat di ausie keesokan hari pkl 9.30 pagi. Sepanjang perjalanan, saya bahkan tidak bisa tidur. Alhasil, pilek saya kambuh, dan saya sedikit pening begitu turun pesawat. Saya pikir, udara bakal panas, ternyata sedang hujan dan mendung. Alamaaaakkk,... begitu turun, buuussshh,.,.. angin berhembus, dan asli,, rasanya bahkan lebih dingin dari lembang ataupun puncak. Di Puncak / Lembang, saya bahkan gak pernah pake jaket / cardigan / sweater, tapi ini saya langsung pake jaket. Seriously..! Saya sampai berpikir, " mampus gue.. gimana kalau nanti winter? jadi apa gue? Segini aja gue udah kedinginan, ampe pake jaket, padahal cadangan lemak banyak di badan. Gak bener ini..! "

Saya pun bergegas ambil tas di compartment, dan tante yang duduk di sebelah saya bilang, " nanti kita barengan ya.. saya soalnya bingung ini, baru pertama kali ke Sydney. "
Dengan senyum meyakinkan, saya bilang iya dan janji akan temenin si tante. Asli deh, anda semua akan berpikir, " Loe gila apa? sama orang gak dikenal, loe malah baek - baek, mestinya curigaan. "
Well, ya gimana, saya juga gak sampai hati tinggalin nih tante, mana wajah dah melas gitu. Dan berhubung saya kerja di travel agent, tipikal tante - tante yang kayak gini, bikin sense of responsibility saya bekerja baik. Wkwkwkwkwkw... Kami pun jalan bareng sepanjang dari pesawat sampai di arrival hall. Again si tante panik pas udah deket imigrasi. Nah, ini penting nih. Ya hoki - hoki juga sih. Jadi sebelum pergi, banyak teman - teman Tour Leader mengingatkan saya, kalau ausie itu ketat imigrasinya, apalagi kalau ada petugas imigrasi yang orang india. Duile.. lengkap deh hidup loe saat masuk ke ausie kalau ketemu mereka. Begitu turun, biasa ada anjing pelacak, lalu kalau petugas imigrasinya orang india, kita bisa ditanyain macam - macam dan cukup menyebalkan sih. Tapi pada saat saya tiba, Heh?? mana anjing pelacaknya? ya mungkin memang bener sih, yang kyk gtu, faktor keberuntungan. Petugas imigrasi yang bertugas pun, semuanya bule, gak ada yang asia apalagi india. Si tante panik pas ditanya - tanya, tapi akhirnya lolos. Saya sengaja suruh dia masuk duluan, jadi kalau apa - apa, saya bisa bantu translate. 

Seperti petuah para pendahulu dan senior - senior WHV, the very 1st thing you have to do when you are arrive in Austrlia are : 
1. Beli Nomor Lokal  >> DONE! 
gitu nyampe saya langsung cari stall Optus / Vodafone / Telestra. kalau di ausie, Telestra itu macam telkomsel. Kalau ada WHV yang mau ke area pedalaman ausie, kerja di farm, paling bagus sih pakai telestra. Karena untuk Optus dan Vodafone, bahkan sinyal gak ada sama sekali di sana. Mau beli nomor lokalpun, si tante ikutan, karena dia stay 2 minggu. Kembali saya bantu dan temenin beliau beli nomor lokal.
2. Beli OPAL Card  >> DONE! 
pengalaman travelling, saya tanya sama si penjual optus, dimana saya bisa beli opal card, dia tunjuk convenience store di sebrang stall optus. OPAL Card itu apa ya? OPAL card itu kartu transportasi umum di seluruh Ausie. Kalau di jakarta macam emoney, flazz, etc. Kalau di Spore, kita sebutnya EZlink. Ini penting, karena OPAL Card berlaku untuk semua transportasi yang ada di Ausie. Kartu gak bsia diuangkan kembali, jadi kalau mau isi, harus bijaksana ya.
3. Buka Rekening Lokal di Ausie  >> DONE! 
saya tiba sabtu, jadi senin saya langsung urus ke bank lokal di ausie. FYI, kalau anda pegang NPWP Indonesia, per 6 bulan lalu, sepertinya hampir semua bank lokal ausie akan minta data NPWP kita. Jadi bawa NPWP anda ya kalau mau buka rekening di bank lokak ausie.
4. Bikin TFN ( Tax File Number ) >> DONE! 
sehabis buka rekening, saya pulang, lalu apply TFN. hanya dalam 1 minggu saya dikasih surat untuk nomor TFN saya.

Balik ke scene 1, saat saya sudah beli OPAL card. Si tante masih sibuk telepon temennya yang akan jemput. She plead with me to accompany her untill her friends come and pick-up her. Jadi saya bantu telepon temannya, juga bantu cariin temennya. Alhasil, kami menunggu hampir 1 jam, sampai temannya datang menjemput. Saya sudah siap berpisah dengan si tante, tapi tahu - tahu, tante baik hati ini bilang ke temennya untuk anterin saya dulu. Heh?? saya jadi gak enak hati..! Asli..! bukan aji mumpung ya.. tapi namanya di negara bule, buat orang indo, kudu hidup hemat..! dan asli saya gak enak hati dianterin sampai depan apartment saya tinggal. You know, life in Australia is tough, mate.. Huff.. Tapi dalam hati, saya pun tetap bersyukur karena dianterin.

My 1st meal in Sydney
Saya tiba di apartment, dibantu oleh roommate saya. Saya jujur gak kenal siapa - siapa di Sydney. Yaaaahh...actually ada sih kenal satu temen, this friend is a childhood friend and also sort of a far relatives or cousin. Complicated, right? Don't worry. But this friend is a very nice person. Tapi asli, saya gak mau repotin orang..! gimana gak, bawa badan sendiri udah repot, buat apa saya repotin orang lagi. Begitu tiba, saya kenalan dengan roommate saya. kami share 1 kamar bertiga termasuk saya. Roommate yang bantu saya check-in itu orang indonesia. Sedangkan roommate yang satu lagi, ternyata orang jepang. Yeay..! bisa minta gratisan ajarin bahasa jepang nih.. wkkwkwkww...


My 1st Dinner in Sydney
Begitu tiba, kebetulan roommate indo mau keluar apartment. Saya minta diajak keliling sekitaran apartment. Jadilah saya diajak keliling sebentar. Untungnya saya gampang inget jalan, jadi saya ngerti area sekitaran apartement. Kamipun berpisah di Westfield. Lalu saya jalan kaki, balik ke apartment. Karena batere hape sudah sekarat, saya terpaksa beli power bank di miniso, lalu makan di sekitaran apartment. Karena saya tinggal di City, daerahnya ramai dan very lively, jauh berbeda sama daerah suburb. Teman saya yang baik hati itu, lihat Instagram saya, ikutan shock! lalu comment di Instagram, " loe lagi di sydney?! " Jadilah kami mengobrol di Whatsapp dan saling bertukar kabar. Lalu memutuskan, besok, hari minggu harus ketemuan. Saya balik ke apartment, santai - santai, bongkar koper, lalu duduk - duduk mengobrol dengan owner apartment dan roommate saya. Malamnya saya lapar! saya pun makan di Ajisen Ramen, Booo...porsinya besar pake bangeett...mana habis? akhirnya karena lapar berat, saya habiskan hanya daging dan separuh porsi nasinya. I'm Full dan pengen tidur nyenyak malam ini. Sebelum tidur, saya sempat lihat - lihat lokasi untuk tempat saya ke gereja esok hari, pelajari map nya. saya pun tidur, dan semoga saya besok tidak tersesat. hihihi...

Saturday 11 November 2017

iSYDNEY : 1st chapter : Preparation

so guys, here i am.
i think this is the 1st post in 2017.
kali ini, saya akan cerita ( bukan tentang makanan ya ) awal saya bisa terdampar ke negeri kangguru.

jadi ceritanya, sekitar pertengahan 2016, saya ngobrol dengan teman saya. Bisa dibilang, awalnya obrolan iseng, gak jelas. Teman saya bilang, dia mau rencana ke Australia dengan Working Holiday Visa. Saya yang dengar lantas bengong. What is Working Holiday Visa? setelah panjang lebar tinggi dijelaskan oleh teman saya, akhirnya, saya mencoba cari tahu lebih banyak tentang jenis visa ini. Setelah banyak info yang masuk, saya pun melakukan persiapan untuk apply visa. Persyaratan dokumen untuk visanya cukup mudah. 
Berikut Listnya : 
1. Paspor dengan masa berlaku minimal 6 bulan.
2. IELTS / TOEFL certificate
3. SPRI ( Surat Pendukung dari Pemerintah )
4. Form Visa 1208
5. CV / Resume
6. Medical Check-up
7. Bukti Keuangan min. AUD 5000
8. Copy KK dan akte lahir
9. pas foto berwarna 2 lembar ukuran paspor
10. Copy Ijazah Terakhir

Dokumennya memang tidak susah, tapi melengkapi segini banyak, menguras waktu, tenaga dan terutama duit. Untuk IELTS saja, perlu dana hampir 3jt, sedangkan untuk apply visanya juga butuh 5jt, untuk medical check-up perlu sekitar 1jt. Jadi kalau cuma modal bikin visa, perlu sekitar 9 - 10jt. 
Desember 2016, saya mulai berbenah. Awal Januari 2017, saya ikut kelas persiapan IELTS. Setelah tes, hasilnya bagus, lalu saya langsung daftar permintaan untuk SPRI melalui website Dirjen Imigrasi Indonesia. Sayangnya waktu itu, websitenya lagi ditutup, karena quota WHV ini, memang hanya dijatah untuk 1000 orang per tahun. Saya hampir putus asa, namun pada saat bulan februari, saya lihat, pendaftaran dibuka kembali. Jadilah saya isi form online, dan sambil menunggu panggilan interview dari Dirjen Imigrasi, pelan - pelan saya lengkapi dokumen - dokumen yang diperlukan. Untuk permintaan SPRI saja, kita butuh melengkapi dokumen juga. 
Berikut listnya : 
1. Form Identitas ( download dari link yang diberikan )
2. KTP
3. Akte Lahir
4. paspor dengan masa berlaku min.12 bulan
5. Ijazah S1, kalau belum lulus harus ada surat keterangan dari kampus dan Kartu Tanda Mahasiswa.
6. IELTS certificate ( min.Skor 4.5 ) atau TOEFL IBT ( min.Skore 32 )
7. Surat keterangan Bank dan min.saldo AUD 5000
8. Pas foto berwarna, latar putih, 1 lembar, ukuran 4 x 6 

untuk permintaan SPRI tidak ada biaya sama sekali. Tapi kebayang donk, gimana rempongnya kita persiapin semua dokumen pendukung? saya sendiri tipe yang amat sangat cuek. Jadi sedikit kelimpungan pada saat harus melengkapi banyak dokumen. Saya daftar permintaan SPRI dari Februari 2017, namun baru dapat panggilan dari Dirjen Imigrasi sekitar akhir bulan Agustus 2017. ini yang daftar Februari 2017 lho. Kebayang gak, gimana nasib mereka yang appky setelah Juli 2017? itupun yang saya dengar, ada yang daftar december 2016 belum dipanggil sama sekali. Glek..! saya langsung jiper. Mana sempat website Dirjen Imigrasi down karena pada saat dia buka ulang pendaftaran di bulan Juli 2017, itu macam seluruh indonesia akses ke website mereka, dan website mereka sampai jebol..! wuiihhh... sadisnya persaingan WHV disini. Setelah dapat panggilan dari Dirjen Imigrasi, saya menunggu lagi hampir 1 minggu sampai SPRI saya terima melalui email. Begitu masuk email, saya langsung buru2 submit dokumen ke VFS Australia. Setelah submit dokumen, pihak embassy akan memberikan kita semacam ID untuk medical check-up di rumah sakit rujukan yang ada kerja sama dengan Australia Embassy. Setelah check-up, saya hanya perlu 1 atau 2 hari menunggu visa keluar. daaannn,.. visanya APPROVED..! 

Saya bahagia sekali,,! tapi ternyata kebahagiannya hanya sebentar, karena saya tenggelam dalam tumpukan pekerjaan karena saya harus resign dari posisi seaya sebagai supervisor di suatu travel agent besar. Saya akuin, awalnya semangat mau pergi, tapi lambat laun, macam ada perasaan ragu. Tapi saya tepis dan karena dukungan orang tua, saya tetap berangkat tepat waktu. Hal paling ribet adalah pada saat packing..! Gimana cara, keperluan pribadi ( baju, obat, dll ), dipacking dalam 1 koper? alhasil, saya sering banget konsultasi sama teman - teman soal packing. Ini pun, saya akuin keluar duit banyak..! Mulai dari beli tiket, koper, dll...kalau saya hitung - hitung, ongkos yang dikeluarin sampai deh puluhan juta..! hahahaha... Singkat cerita saya mulai packing, dan alhasil, saya bawa 1 koper medium, 1 koper kecil dan tas punggung.. gileeehh,,rempongnya..! Kalau saya pikir secara logika, kayaknya semacam mimpi bisa pergi ke Australia,,kwkwkkwkw,, 
posting berikutnya, saya akan info seperti apa pengalaman saya selama di Sydney.