Thursday 20 August 2015

PART 3 : LIBURAN AGAK MENDERITA : We are Coming Home ( terapung - apung..lagi.. )

Pagi itu kami bangun. Matahari bersinar cerah, udara laut terasa segar dihirup. Hmmm... dan tentu saja, setelah itu lapar menyerang. Saya pikir saya bangun kesiangan, karena semalam rencana jalan - jalan ke menara teropong sekitar jam 9 pagi. Saya pikir sudah jam 8 pagi, tapi teman saya langsung koreksi, kalau saya bangun jam 6.30. Wow,,mataharinya udah cukup terang benderang padahal baru jam 6.30. Setelah malas - malasan, saya bangun dan cari sarapan. Saya dan teman - teman sepakat untuk makan indomie. Saya bahkan sampai makan 2 porsi indomie pake telor plus susu coklat. Kebayang gak gimana laparnya saya setelah hampir 2 hari penuh makan makanan kurang gizi? Sekarang saat menulis blog aja, saya jadi ngiler pizza. Setelah sarapan dan bersih - bersih selesai, kami pun bersiap jalan mencari ojek. Yep, ojek! Kenapa? Heran di pulau ada ojek? Jangan heran lah. Menurut saya motor itu memang kendaraan paling ramah dan efisien. Kenapa? kalau harus diangkut ke pulau, pakai kapal tempel juga bisa. Bensin gak perlu banyak - banyak. Kondisi jalan di pulau, sudah pasti gak ada yang beton atau aspal. Kalau naik mobil, pulaunya juga gak gede, jalan raya yang ada bahkan lebih kecil dari ukuran mobilnya. Jadi paling cocok memang harus naik motor. 

Jalanan menuju Pantai Pasir Hitam
Semalam, salah satu teman sudah tanya - tanya biaya sewa motor atau ojek, bahkan sampai nanya sewa penginapan. Biaya sewa motor/ojek IDR 50.000 per motor. Sedangkan rumah penduduk yang dijadikan penginapan, disewakan IDR 300.000 per rumah. Khusus sewa rumah, berapapun orang yang tinggal di dalam 1 rumah, tetap hitungnya IDR 300.000 per rumah. Termasuk murah. Tapi jangan mengharap rumahnya kayak rumah di kota. Namanya rumah di pulau biasanya ya rumah desa biasa. Walau rata - rata rumah di Pulau Sebesi dindingnya sudah bertembok. Untuk sewa ojek juga tidak bisa mendadak. Kalau bisa 1 hari sebelum sudah info untuk pesan ojek nya. Kami sendiri dari malam sudah coba kontak yang punya motor, tapi gak diangkat. Jadi lah akhirnya kami nekad ke tempat sewa motor / ojek ini. Kami sewa 5 motor sekaligus. Begitu jalan di jalanan tanah dan debu, saya sampai ngebayangin : "Mungkin keren kali ya, kalau ini 5 motor harley dan bukan 5 motor bebek? tukang ojek pakai kacamata hitam dan jaket kulit hitam.. trus tiba - tiba muncul dari balik debu jalanan dengan kacamata, jaket dan motor mentereng? tagline : The Harleys in Sebesi Island". Hahahahaha.. sayang aja, abang ojek nya body kurang geger kayak pengendara motor gede di film - film Amerika. 


Pantai Karang Lebar / Karang Luas
Setelah berpegal - pegal dengan pinggang dan pantat, tibalah kami di menara teropong krakatau. Saya sendiri berpikir namanya menara tempat teropong harusnya tinggi dan gede. Boooo... ini mah cetek banget. Ukurannya paling hanya seukuran rumah 3 lantai, dengan luas 3m x 3m. Kecil bangetttt..Sayang saya tidak foto menaranya. Saat tiba, pas lagi ada kabut yang menghalangi pandangan dari Pulau Sebesi ke Gunung Krakatau. Jadi saya tidak bisa melihat Gunung Krakatau. Menurut penduduk lokal, biasanya tanpa teropong pun, bila tidak berkabut, Gunung Krakatau itu terlihat jelas dari pantai. Akhirnya, untuk menghibur hati sedih karena tidak bisa meneropong Gunung Krakatau, maka kami pun foto - foto di pantai. Pantai yang ada di sekitar menara teropong ini, semuanya dipenuh karang. Dibilangnya Karang Luas, karena memang luas dan mirip lapangan, karena karangnya tidak runcing - runcing menonjol. Namun membentuk suatu daerah hamparan luas. Kalau tidak pakai sepatu atau sandal, sudah pasti kaki anda berdarah - darah karena diadu dengan batu karang.


Pantai Karang Luas
Dari sana, kami menuju pantai pasir hitam. Ya memang sih, pasir di pantai ini halus dan warnanya agak hitam, bukan coklat. Tapi dalam bayangan saya, yang namanya hitam, harusnya yang hitam pekat, bukan agak hitam atau agak abu - abu gelap. Pantai Pasir Hitam cenderung sepi, dan tidak ada wisatawan. Karena memang yang tahu hanya penduduk lokal saja. Saya saking sukanya duduk dibawah pohon di tepi pantai, sambil dengerin suara ombak, rasanya jadi kebayang : " nikmat ya, kalau bisa duduk dibawah pohon, melihat laut dan dengerin suara ombak sambil ngopi dan browsing internet? trus menikmati angin laut yang sepoi - sepoi. Indah benar hidup ini kalau bisa jadi kenyataan! " Setelah puas main - main di pantai, kami pun kembali ke penginapan melewati jalanan yang bergelombang dan berlubang. Pinggang ini mau patah rasanya, tapi untung terbayar dengan indahnya pemandangan yang kami nikmati. 


Begitu kami berlima tiba di penginapan, kami langsung bertukar cerita dengan 6 teman kami dari kelompok lain yang ikut hiking di Pulau Krakatau. Mereka cerita bahwa capek banget hiking di atas pasir. Butuh tenaga extra untuk hiking di atas pasir. Walau bagus sih pemandangannya karena kiri kanan semuanya pohon pinus. Namun saat pulang, karena ada 1x sesi snorkling di Lagoon Cabe, teman - teman kami tidak bisa langsung pulang. Malah harus ikut terapung di dalam kapal selama 15 - 30 menit, namun pada akhirnya, sesi snorkling itu pun batal, karena ombaknya besar dan kapalnya juga ikut terombang ambing sampai salah satu teman kami puas mabuk laut, bahkan muntah - muntah di kapal.  Saya jadi ikutan pengen muntah dengernya. Begitu tahu bahwa ombak cukup tinggi, penduduk lokal pun menyarankan agar secepatnya pulang, jangan sampai kesorean, karena makin sore ombaknya bisa makin tinggi. Untung saja, tidak lama panitia tour ini mengumumkan jam pulang jam 14.00 siang. Kami pun berkemas dan menuju dermaga untuk siap - siap pulang. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kami pun memutuskan untuk duduk di atap kapal. Ya atap kapal! Kalau pada bertanya, " emang gak panas? gak takut hitem? gak takut angin?", saya akan bilang, " kalau udah dihadapan mabuk laut, mending saya bertahan panas - panasan dan angin - anginan deh, daripada mabuk laut sampai muntah - muntah. " 

Pantai Pasir Hitam

Pemandangan dari atap kapal
Akhirnya saya dan teman - teman, kami berlima duduk di atap kapal. Sedangkan 6 teman baru kami, memilih kapal lain yang lebih manusiawi. Gimana rasanya duduk di atap kapal? Rasanya kayak lagi arung jeram dan naik kora - kora. Saya biasa minum antimo 1 tablet bisa langsung tidur, ini tidak ngantuk sama sekali. Saking takut jatuh dari atap kapal karena menerjang ombak. Belum lagi kami juga harus jaga tas masing - masing, jadi mana ada waktu buat ngantuk dan tidur? Saya harus acungin jempol melihat salah seorang nelayan bisa asik tiduran di atap kapal, persis di pinggirnya. Saya dan teman -teman yang duduk di tengah atap aja waswas. Ckckckckc.. saya langsung kagum. Perjalanan 1,5 - 2 jam dan duduk di atas atap kapal emang agak bikin boring. Secara kiri kanan cuma ada air laut dan ombak. Boro - boro ada putri duyung atau cwo ganteng lagi berenang. Sepiii..sampai saya sendiri bosan. Duduk udah pegal, foto - foto udah puas. Mau ngapain lagi? tidur ngeri jatuh menggelinding ke laut. Serba salah! Saya udah pakai kain bali buat menutupi muka supaya tidak kena matahari terlalu parah. Walau tetap saja, kulit saya jadi agak tanning gitu. Setelah 1 jam terapung, tidak lama saya lihat seorang bule keluar dari dalam kapal dan manjat atap kapal. Biar kata kulitnya putih dan emang sudah pucat, saya yakin 100% dia juga mabuk laut. Secara, gimana gak mabuk laut dengan kapal jendela kecil dan langit - langit yang kecil gtu? Belum lagi gelombang laut yang tinggi. Saya yang duduk di atap aja bisa beberapa kali kecipratan air laut, apalagi dia yang duduk didalam kapal?!


Pasir Hitam
Setelah tiba di Pelabuhan Canti, saya pun turun dan segera mencari Indomart atau apapun yang ada kata 'mart' nya. Saya mau minuman dingin dan es krim. Saya langsung beli es krim dan pocari sweat. Gilaaa..!! seger banget rasanya..! Begitu berkumpul kembali dengan kelompok kami, saya lihat teman kami ada 1 yang sudah mabuk laut parah. Muka pucat pasi, bahkan katanya sudah puas muntah berkali - kali di kapal. Kami pun langsung suruh dia minum susu beruang, makan yang manis - manis dan yang dingin - dingin biar agak segar sedikit. Dari Pelabuhan Canti, kami disuruh lagi naik angkot ke Pelabuhan Bakauheni. Dan kali ini, biar kata sama sekali gk macet, kami baru tiba di Pelabuhan Bakauheni sekitar jam 19.00 malam. Kami pun makan dulu, baru setelah itu naik ke kapal. Kami dapat kapal jam 20.30. Suasanya berbeda jauh dibanding saat kami berangkat. Sepanjang koridor dan lorong pelabuhan menuju kapal, sepiiiii...beneran sepiii banget.. cuma kami bersebelas aja. Saya sampai merasa gak yakin kalau ini menuju kapal ferry saking sepinya. Namun untung juga sih sepi. Kami sudah lelah kalau harus adu body lagi hanya untuk masuk kapal ferry. 


Kelas Lesehan
Kami segera masuk ke dalam kapal ferry. Tidak tahunya, mereka tidak ada kelas II AC. Hanya ada lesehan AC dan ekonomi. Terpaksa kami ambil yang lesehan. Tadinya saya agak gak suka. Namun begitu saya bandingkan, lesehan masih much better daripada yang ekonomi. Jadilah saya duduk di kelas lesehan. Kabar baiknya, ternyata malam itu, petugas kapal ferry ini memang punya taste. Mereka menyediakan jasa pijat. Duuhh.. enaknya! saya sih gak minta dipijat, secara tukang pijatnya cowo semua, gak ada yang cewe. Ditambah, mereka juga puter film yang bagusan sedikit, setidaknya film hollywood, seperti Fury, Journey to the central earth. Beda banget sama film macam tutur tinular , dkk. Kalau mau dibuat perbandingan, lesehan sebenar enak juga. Hanya saja, biar kata itu kapal ferry besar, begitu saya tiduran / telentang, saya tetap bisa merasakan tarikan kapal bahkan bisa merasakan gerakan gelombang laut nya. Berbeda kalau kita duduk di sofa atau kursi tidak begitu terasa. Tapi begitu tiduran, terasa sekali tarikannya. Namun berhubung ada film bagus, saya cuek aja sampai tidak terasa perjalanan telah berakhir dan kapal sudah merapat di Pelabuhan Merak. Sampai di Pelabuhan Merak, kami semua segera ke WC karena perjalanan masih cukup jauh. Saya sendiri tiba di rumah pukul 01.00 dini hari. Sedangkan teman - teman saya yang lain tiba di rumah pkl 2.00 dini hari. 

Secara keseluruhan, ini liburan tercapek dan menyiksa yang pernah saya jalani. Mungkin karena memang tour operator yang membuat acara ini, benar - benar hanya tahu bagaimana berbisnis / cuma mau duit tapi tidak tahu cara entertain tamu. Kalau harus jujur, saya kecewa dengan layanan tour operator tsb. Semuanya tidak terkoordinasi dengan baik. Saran saya, kalau pakai tour operator lokal, apalagi trip ke pulau, harus hati - hati dan rajin cek jadwal serta penginapan. Next time, saya akan langsung tolak mentah - mentah liburan yang kayak begini.

Pagi di pantai pulau sebesi

Wednesday 19 August 2015

PART 2 : LIBURAN AGAK MENDERITA : Terapung - apung di Laut

Sesuai judulnya, setelah tiba di Bakauheni bagai zombie, kami terapung - apung dalam kapal lagi selama hampir 6 jam. Ketika kami tiba di Bakauheni, kami disuruh naik angkot yang sudah disediakan menuju pelabuhan kecil, namanya Pelabuhan Canti, sekitar 1 jam lebih dari Bakauheni. Subuh - subuh begitu, karena takut masuk angin, sampai di Bakauheni, kami buka bekal, nasi dan teri balado buat isi perut daripada masuk angin dan mabuk laut pada saat menyebrang dari pelabuhan Canti ke Pulau Sebesi. Sepanjang jalan dari pelabuhan Bakauheni sampai Pelabuhan Canti, saya untungnya bisa tidur, sehingga bisa mencharge tenaga buat snorkling pagi.

Pelabuhan Canti
Begitu tiba, langit masih gelap di sekitar pelabuhan canti, jalanan saja sepiii bangeett. Cuma ada warteg yang buka, itupun yang beli adalah peserta tour yang mau menyebrang ke Pulau Pahang atau Pulau Umang atau ke Pulau Sebesi. Setelah tiba, saya langsung cari WC umum, cuci muka, ganti baju buat snorkling. Sarapan di warteg, setelah itu bersiap naik ke kapal. Sekitar jam 7 pagi, kami sudah siap menuju kapal yang akan mengantar ke tempat snorkling. Kapal yang dipakai menurut saya tidak besar, secara cuma kapal tempel. Hanya saja, ruanganya kecil, sampai saya perlu menunduk setengah membungkuk dan membuat pinggang dan punggung saya sakit, ditambah jendela kurang lebar, hal ini membuat penumpang gampang mabuk laut karena luas pandangan mata jadi sempit. Sepanjang jalan menuju tempat snorkling, saya hanya bisa tidur bersandar pelampung dan tas.
Spot snorkling pertama adalah Pulau Sebuku Besar. Hari itu, pas laut agak butek. Kalau dari atas perahu memang kelihatan ikan - ikan nya berenang, tapi begitu menyelam, pemandangan bawah lautnya jadi buram dan tidak kelihatan,. Menurut para nelayan dan penduduk desa, waktu paling bagus mengunjungi tempat ini sekitar bulan Maret.


Pemandangan laut Sebuku Besar
Saat tiba di Pulau Sebuku Besar, saya langsung saja bersama 3 teman nyebur ke laut. Sedangkan satu teman saya tiduran karena mabuk laut. Ternyata keputusan untuk menyebur itu keputusan yang salah, karena setelah kami menyebur, ternyata ombak cukup besar, sehingga hanya bisa snorkling sebentar, setelah itu naik kembali ke kapal. Begitu di dalam kapal, mabuk laut datang menyerang. Bahkan sampai saat saya menulis blog ini, rasanya badan saya masih bergoyang seperti masih duduk di dalam kapal..! Teman saya ada yang muntah, lalu ada yang hanya bisa bersandar di dalam kapal. Saya langsung otomatis fokuskan pendengaran saya ke suaran mesin kapal,  lalu memejamkan mata. Akhirnya saya tertidur juga. Saat ke spot snorkling kedua, saya terbangun dan benar saja, ombaknya cukup besar, sehingga lagi - lagi, kami yang duduk di dalam kapal langsung pusing dan mabuk laut. Setelah sesi snorkling selesai, kami pun menuju ke Pulau Sebesi, ke tempat penginapan kami berada. Kami tiba sekitar pukul 13.00 di Pulau Sebesi. Penginapannya menurut saya, lebih bagus daripada saat saya menginap di Pulau Tidung. Jendela dan pintu penginapan semua menghadap ke laut, jadi udara laut masuk ke dalam kamar dan membuat kamar tidak terlalu panas. Ditambah, langit - langit kamar atau plafonnya cukup tinggi. Jadi menurut saya, tempat penginapannya cukup baik untuk ditempati.

Jangan bertanya pada saya seperti apa menu makanannya. Karena menurut saya, namanya liburan ke pulau, apalagi daerah kepulauan di indonesia, jangan terlalu berharap makanannya enak dan wah. Namun secara keseluruhan, kalau saya harus kasih nilai dari skala 0 - 100, saya kasih nilai 60 untuk menu makanannya. 

Listrik di Pulau Sebesi hanya ada dari jam 18.00 - 24.00. Jadi saat jam menunjukkan pukul 18.00, semua orang otomatis mengeluarkan segala macam jenis colokan. Dari colokan iPhone, smartphone, colokan batere kamera, colokan powerbank, semua keluar. Kabel langsung berseliweran di dalam kamar. Sampai saya sendiri bingung, saking itu kabel panjang banget, saya melihat teman saya menggulung kabel aja langsung takjub.

Kamar tempat menginap
Malam harinya, saya hanya sanggup duduk - duduk di sotoh penginapan sambil mengobrol dengan beberapa teman. Teman saya yang lain sudah tertidur pulas karena nyaris semalaman tidak tidur. Sedangkan beberapa teman lain, karena tuntutan pekerjaan mereka yang harus memberikan sumbangsih kepada masyarakat, maka malam harinya, mereka berkeliling ke desa tidak jauh dari tempat kami menginap. Kalau berdasarkan info teman - teman, mereka melihat bintang di langit. Suatu pemandangan yang jarang, bahkan mustahil bisa dilihat di Jakarta. Bintang bertebaran di langit malam, sambil merasakan angin sepoi - sepoi dari pantai, membuat suasana lebih indah. Beberapa teman lagi, bahkan ikutan nonton panggung dangdut hiburan masyarakat setempat walau untungnya tidak membuat heboh penduduk sampai jadi bintang tamu di acara dangdut tersebut. Hehehehe..

Setelah acara panggung dangdutan, kelompok kami, bertotal 11 orang, langsung rapat dan berdikusi mengenai acara besok. 6 orang yang tadinya mau extend, akhirnya akan ikut pulang besok hari bersama dengan rombongan. Dan sampailah di masalah paling pelik. Besok mau ngapain? Kalau lihat jadwal dari tour operator, kami harus bangun jam 2.30 pagi, lalu jam 3.30 menyebrang ke pulau Krakatau buat hiking dan pasang bendera merah putih. Setelah itu sarapan, lalu lanjut snorkling di Lagoon Cabe. Saya sih langsung menentang dan jujur saya sendiri kecapekan. Ditambah sebelum pergi saya juga sudah kena flu. Untungnya, salah satu member kelompok kami dapat info dari penduduk setempat untuk kegiatan keliling pulau. Di Pulau Sebesi, bisa melihat - lihat danau, meneropong Gunung Krakatau, lalu bermain di pantai di ujung pulau. Waahh.. saya langsung tertarik. Jadi kami berlima memutuskan untuk mencoba keliling pulau. Sedangkan 6 org yang lain, memutuskan trekking ke Gunung Krakatau. 

Kapal Tempel

To be Continue...

Tuesday 18 August 2015

PART 1 : LIBURAN AGAK MENDERITA : Kisah di Pelabuhan Merak - Pelabuhan Bakauheni

Yang namanya liburan pasti maunya senang - senang, santai, bangun siang. Tapi ini pengecualian buat liburan yang saya jalani bersama 4 orang teman kantor. Jadi begini awalnya.
Teman saya melihat di website pemandangan pulau umang, krakatau, dll, sampai akhirnya dapat kontak tour operator yang bisa bantu arrange perjalanan ke pulau tersebut untuk 3 hari 2 malam, walau open trip ( gabung dengan group lain jadi gak cuma group kita sendiri, kalau bahasa orang travel, mirip dengan yang namanya Seat in Couch ).
Biayanya IDR 475.000 per orang, abis nego sana sini, akhirnya dikasih diskon jadi IDR 400.000 per orang. Namun dasar cuma incer harga murah, temen saya ini tidak perhatiin lagi itinerary, jadwal, hotelnya dll. Sampai 1 hari sebelum berangkat, kami baru perhatiin itinerary yang menurut saya kurang manusiawi. Seriously, saya bilang kurang manusiawi. Gak usah saya sebut apa nama tour operatornya, tapi yang pasti, gak cuma group saya yang kecewa, namun ada beberapa group lain yang kecewa. Kenapa kecewa?

Biaya tambahan ke Kelas II AC
Dimulai dari jam kumpul. Hari pertama, tgl. 14 Aug, peserta tour diminta kumpul jam 23.00 di Pelabuhan Merak. Boooo... jam 23.00!! Saya dan teman - teman menunggu sampai terngantuk - ngantuk, secara kita juga tiba di pelabuhan merak itu lebih awal, sekitar jam 22.00. Jadilah kami duduk di tempat paling manusiawi buat nunggu, yaitu Dunkin Donuts. Itu tempat paling kece buat nunggu di Pelabuhan Merak, sisanya... ya gak usah saya jelaskan deh ya. Panitia Tour baru tiba persis jam 23.00 , itupun mereka belum pegang tiket. Yep, BELUM PEGANG TIKET..! Maaf - maaf deh, saya dan teman - teman bekerja di bidang jasa, dan tahu how to entertain the guest, rasanya pengen jambak - jambak panitia nya. Gila, suruh kumpul jam 23.00, tapi belum hold tiket sama sekali..! Akhirnya setelah menunggu sekitar 30mnt, saya lihat panitianya baru beli tiket dan pegang tiket buat sekitar 80 orang. Kami otomatis minta tiket duluan, tapi panitia bilang, nanti akan dibagikan pada saat kapal mau berangkat. 
Maka komplain lah teman saya :
Teman saya :  " mba, saya perlu tiketnya supaya bisa upgrade ke kelas VIP. "
Mba tour : " mba, kalau mau upgrade itu harus langsung bayar di tempat, maksudnya begitu mba masuk ferry, cari duduk di kelas VIP, begitu dapat, nanti bayar langsung ke awak kapal. Namun gak semua kapal punya kelas VIP "
Guuubbrrraakkk...
Saya dan teman - teman sampai ngeliatin itu antrian orang yang penuh sesak. Kebayang donk, mesti kayak gimana perjuangannya supaya saya dapat seat VIP?


Bagian dalam kelas II AC
Akhirnya, Setelah menunggu lagi, sampai mati gaya, baru lah kami masuk ke kapal Ferry sekitar jam 1 pagi. Begitu kami masuk, kami langsung jalan cepat setengah lari menyusuri lorong dan koridor supaya bisa kebagian tempat duduk di VIP. Really..! Thanks God, walau berdesak - desakan, kami berhasil block 11 kursi VIP, buat group kami sendiri, dan group lain yang baru kami kenal. Namanya VIP kapal ferry di Indonesia, beda sama ferry Batam - Singapore, apalagi sama ferry Hongkong - Macau, bedanya macam surga dan neraka. Kapal Ferry yang saya naiki ini bener - bener barbar. hahahaha... beneran..! udah ada sofa, tapi saking penuh, ada penumpang yang gak kebagian kursi terpaksa ngedeprok alias lesehan di lantai, bahkan sampai keluar, sampai di lorong - lorong kapal dan bikin orang susah buat jalan kalau mau WC. Begitu ke WC, kudu bilang " permisi,.,.permisi" ampe berpuluh - puluh kali.. belum ngeri kalau gak sengaja injek kaki orang, mana body saya gede begini.. ckckckkc.. polisi cepek aja kalah!

Penderitaan saya, tidak sampai disitu. Begitu duduk, biar kata sofa ya, tetep aja, pantat ini berteriak saking pegel dan panas duduk mulu, padahal perjalanan dari Merak sampai Bakauheni itu sekitar 1,5 - 2 jam. Susah banget untuk tidur dengan posisi duduk yang enak. Baru mau tidur, diputer film catatan si boy, Warkop, sampai Tutur Tinular. Saya sampai bercanda sama teman saya " Jangan bilang abis ini, dia puter film Misteri Gunung Merapi "  Spontan teman - teman saya pada ngakak. Belum lagi lagu pembukaan catatan si boy yg mirip - mirip Michael Jackson kalau teriak " Aaauuu.. "..ahahaha.. cuma jujur, versi Indonesia, " aaaauuu " nya beda, kayak orang kesakitan..berisik..! Sepanjang jalan, saya serasa jadi zombie karena kurang tidur. 

Pilihan kelas di ferry



Akhirnya penderitaan saya berakhir, saat saya dapat info bahwa kapal sudah merapat di Bakauheni. Saya sampai pengen nangis, saking udah ngantuk tapi gak bisa tidur, trus badan sakit semua. Ya ampun,. tour murah emang kadang penuh jebakan batman.