Tuesday 13 August 2013

EASTERN ( Shark Fin Restaurant )

Yang pasti saya bukan penyuka makanan yang aneh - aneh alias makanan yg diproses secara tidak manusiawi dan meyiksa binatang seperti Sup Sirip Ikan Hiu, atau Hati Angsa atau Otak Monyet. Aiiihh...saya jamin, kalau anda membaca atau melihat prosesnya, saya yakin, anda pasti tidak mau makan. Tapi itu saya bahas kapan - kapan aja. Nanti malah jadi tidak nafsu melihat ulasan makanan yang saya tulis disini. Hehehehe..

Saya sudah lama tahu Eastern Restaurant ini. Tapi belum ada kesempatan untuk makan disana. Pertama, karena memang jarang ke Bandung. Kedua, saya takut harganya muahal. Tapi ternyata makan disana, tidak terlalu mahal, kalau kita tahu makan menu seperti apa di Eastern Restaurant. Eastern Restauran terletak di Istana Plaza, Bandung. Pesan saya, di resto ini jangan pesan masakan ala carte nya, karena harga paling murahnya adalah IDR 50.000. Hehehe.. Di resto ini, setiap hari libur, sabtu dan minggu, Eastern Restaurant menyediakn menu perorangan yang disajikan dalam piring kecil, mungkin piringnya sebesar ukuran piring buat cangkir teh. Harganya, lumayan murah. Paling mahal IDR 25.000 per porsi. Dimsum nya juga cukup murah, harga standard. Sebetulnya mereka selalu ada Dimsum All You Can Eat, tapi waktu saya ke sana, program all you can eat nya sudah tidak ada, dan baru ada lagi sekitar akhir Agustus. 

Pancake Durian
Siang itu, saya pergi ke Eastern Restaurant untuk beli sambal minyak khas Eastern. Asli enak lho..! Saya ambil menu Salad De Coco, Pancake Durian, Cicongfan Isi Ayam, Ha Kau dan minum Oolong Tea ( free refill ). Yang pertama saya santap adalah Pancake Durian. Saya sudah berkali - kali makan Pancake Durian, tapi tidak ada yang seenak yang saya coba di Eastern. Kulit pelapis pancake nya wangi pandan, lalu isinya adalah Whip Cream dan sedikit durian. Tapi herannya, Whip Creamnya, tidak terlalu terasa manis dan membuat eneg. Pas banget perbandingannya dengan Durian dan kulit pancake nya. Top deh..!

Cicongfan Ayam
Setelah Pancake Durian, saya menyantap Cicongfan Ayam. Ada yang tidak tahu cicongfan? Saya sendiri tidak bisa menggambarkan cicongfan seperti apa. Tapi kalau boleh saya gambarkan, cicongfan itu rasanya mirip kayak kwetiau yang ukurannya besar, seperti kulit pangsit / kulit lumpia. Kalau penasaran, boleh cari tukang jualan cicongfan di pinggir jalan, yang suka jualan pakai sepeda dan nongkrong di depan sekolah - sekolah. Tentu saja, namanya makan di restoran, Cicongfannya pun lebih elit dan berkelas. Tapi, tetap yang namanya cicongfan selamanya cicongfan. Yang membedakan, kalau makan yang pinggir jalan, dimakan hanya pakai goreng macam lumpia dan talas goreng, dikasih kecap asin, sambal cuka dan bawang goreng. Kalau di Easter, cicongfannya diisi daging ayam. Isi daging ayamnya juga tidak pelit. Disajikan dengan disiram kecap asin, dan sepertinya kecap asinnya dikasih sedikit jahe, sehingga wanginya lebih harum. Rasanya? Adduuhh..sempurna..! Daging ayamnya agak manis, dicampur cicongfan yang agak tawar serta rasa kecap asinnya, masakan ini enak banget. Pas deh!

Makanan yang saya lahap berikutnya adalah Salad De Coco. Yang ini, saya agak kecewa sama isi saladnya. Tapi melihat penampilannya, saya terpaksa harus puji. Isi saladnya cuma pepaya, well, ada sih apel, tapi populasinya langka, cenderung punah. Dari sekepal, apelnya cuma ada 2 potong kecil. Salad ini disajikan di dalam kulit pangsit yang digoreng dan dibentuk seperti mangkok, dan saladnya dimasukkan ke dalam pangsit mangkok tersebut. Rasa mayonaise nya cukup enak. Tidak terlalu asam, tapi tidak terlalu manis juga. Sesuai sih dan porsinya cukup besar. Makan satu saja sudah cukup kenyang. 

Salad De Coco
Makanan terakhir, adalah Dimsum. Saya paling suka Ha Kau. Kalau mau traktir saya makan dimsum, harus pesen Ha Kau yang banyak. Hahahhahaa... ( mengharap kayak bakal ditraktir ajaaa.. ). Kalau Dimsum, tak usah lah ya saya bahas sampai detil. Pilihan saya, saya tetap lebih suka Dimsum di Restoran Samudra! Dimsum di Eastern termasuk enak, hanya saja ukurannya kurang besar sedikit. Tapi bagaimanapun, termasuk enak dan lezat. Total 4 menu, saya hanya menghabiskan IDR 80.000. 


Dimsum Hakau

Saturday 10 August 2013

Informasi Kuliner Tambahan : MIE NARIPAN

Buat saya, jalan - jalan atau travelling itu identik dengan makanan. Jujur aja, saya mungkin bukan termasuk orang Indonesia, yang kalau jalan - jalan lebih tertarik belanja daripada lihat objek wisata. Buat saya, objek saat jalan - jalan adalah makanan. Yup, makanan. Saya gak penting - penting banget untuk mengunjungi objek wisata, apalagi objek wisata yang tidak happening di suatu daerah/negara. Jadi, sepanjang perjalanan, saya pasti gatel pengen cobain makanan ini itu. Seperti pada saat saya di Bandung. 

Tampak depan Mie Naripan
Pagi itu saat mandi di hostel, i keep praying to God. Saya bilang : Tuhan, saya sama kakak sepupu mau makan Mie Naripan, tolong donk Tuhan, supaya gak rame dan bisa dapat tempat duduk. Hehe.. Doa gak bener nih. Namun bener - bener jadi kenyataan. Kebanyakan warga Jakarta bahkan warga Bandung sendiri tidak tahu dimana itu letak Mie Naripan. Istilahnya, kurang familier di telinga orang Bandung dan Jakarta. Tapi saya kasih tahu, mie disana enaknya bukan main. Tapi hati - hati, sepertinya tidak 100% halal. 

Mie Naripan terletak di Jl. Naripan no. 108. Mie Naripan sudah buka dari jam 7.00 pagi. Tidak tahu tutup jam berapa. Tapi yang pasti, baik lebaran, natal, tahun baru cina, tetap buka seperti biasa. Di Jakarta, dia juga buka cabang, tapi tidak seenak aslinya yang di Bandung. Rasanya sangat berbeda jauh dengan Mie Naripan yang di Bandung. Dan boleh dibilang, makan mie itu emang ada seninya, dan gak nikmat kalau makan di food court, Paling enak itu makan mie ayam di kedai atau tendaan pinggir jalan. Dari apa yang saya pesan di Mie Naripan ini, begitu saya coba mie nya, saya merasa cukup yakin kalau mie nya dibuat sendiri, bukan beli mie yang sudah jadi. Artinya, mereka buat sendiri adonan tepung nya sampai jadi mie. Isinya sederhana, cuma mie dan daginng cincang. Entah itu daging ayam atau babi. Mie nya bisa minta mie asin atau mie manis. Kalau mie manis, berarti di kasih kecap manis. Kalau mie asin, ya mie tanpa kecap manis. Asinnya juga pas, tidak terlalu keasinan. 

Mie polos
Lalu saya pesan setengah porsi pangsit rebus. Haddduuhh...kulit pangsitnya lembut, isinya beneran daging, bukan cuma daging secuil kecil, tapi cukup terasa daging pada saat dikunyah. Lalu kuah pangsitnya juga gurih, rasa asinnya bukan berasal dari kecap asin, tapi dari tongcai ( bangkuang yang diasinkan ). Jadi asinnya agak beda dengan garam atauoun kecap asin. Menu mie dan pangsit rebus saya lengkapi dengan baso goreng. Maklum, saya suka sesuatu yang garing dan kriuk - kriuk. Jadi saya pesan baso goreng. Baso gorengnya cukup besar, tapi tidak ada komentar lebih untuk baso gorengnya. Karena tidak terlalu spesial rasanya, cukup enak, apalagi kalau dimakan hangat - hangat, fresh dari penggorengan. Wah,,enak bener lha. Dengan menu 2 porsi mie, setengah porsi pangsit rebus, 2 baso goreng, menghabiskan IDR 78.000. Cukup murah menurut saya, setara dengan cita rasa mie naripan. Hayooo..jadi penasaran kan?

Set Menu kesukaan saya

Warung Talaga

Hayooo..tebak..ada dimana Warung Talaga? Hehe.. Apa? Tepat!! Warung Talaga ada di Ciwalk ( Cihampelas Walk ). Sebetulnya ini tuh restoran, tapi secara pas saya lewat, saya cuma lihat conternya yang berbentuk warung dan langsung tertarik karena menu makanannya yang rata - rata tahu semua. Kayaknya memang spesialis masakan tahu kali ya.

Tahu Bodo

Menu pertama yang saya coba adalah Tahu Bodo Saeutik ( kalau gk salah, saeutik itu artinya sedikit ). Tahu bodo ini, ada ukuran pedasnya juga, bisa sedang atau pedas banget atau mungkin bisa kita request cabenya dua, atau cabe tiga. Kayak kita pesan gado - gado atau ketoprak. Saya dan sepupu saya pesan yang sedang aja. Pas dihidangkan, wuih..terasa aroma cabe rawit yang cukup perih di mata. Bisa dipastikan rasanya pedas. Sepupu saya yang tahan cabe aja bilang pedas, apalagi saya?! Yang makan sambel / cabe musiman alias tidak terlalu kuat makan cabe yang terlalu pedas. Mati deh... Tapi Tahu Bodo ini uenak, mantab..! Cara buatnya mudah, cuma ulek bawang putih, cabe rawit kasih garam sedikit, setelah diulek, masukkan tahu kuning yang digoreng setengah matang, lalu tahu tersebut diulek sampai agak hancur, lalu dicampur dengan sambal rawitnya. Huwaaaa..menu TOP MARKOTOP..!! Lebih enak dari tahu gejrot. Serius!

Tahu Gemes
Menu kedua yang kami pesan adalah Tahu Gemes. Yang ternyata adalah tahu kuning, dipotong dadu, dilumuri tepung, lalu digoreng dan disajikan beserta remah tepung yang sudah digoreng. Mirip kayak ayam kremes, tapi ini cuma tahu nya doank. Adduuhh...lagi - lagi saya bilang enak bangeettt.. Asinnya itu pas, apalagi dimakan dicocol sambal kecap! Nikmatnya hidup ini. Saya sampai setuju dengan perkataan teman sepupu saya yang ada di Eropa. Ceritanya, dia browsing mengenai Bandung di google, dan komentar banyak traveller adalah : Delicious Food, Cheap dan Friendly People. Kalau di Facebook, saya langsung kasih jempol deh ( Like ). Memang 3 unsur itu yang bikin perjalanan jadi lebih indah dan nikmat :) Walau abis itu, harus langsung fitness / gym buat bakar lemak yang dikantongin selama jalan - jalan, serta menabung lagi untuk mengisi dompet yang kosong. Jadi, bagi para pembaca yang berasal dari Bandung, tuh,,pertahankan 3 unsur itu. Dijamin, gak cuma weekend atau lebaran atau natalan rame, tapi weekday pun pasti ramai wisatawan.

Menu ketiga yang saya pesan, juga tahu. Tapi saya lupa nama menunya. Maaf >.<
Tahu pakai Topping
Sebut aja, menu tahu dengan topping macam - macam. Hahahaha.. Menu ini cukup oke juga. Jadi, Tahu putih, dimasak di atas frying pan yang biasa buat bikin teppanyaki. Lalu diberi topping macam - macam. Bisa topping Tuna, ayam, jambal,dll. Yang saya pesan ini, toppingnya Tuna dan Telor Keju. Sehat deh ya.. Protein banget menunya. Over all, menu ini lumayan enak, standard sih, tapi masih lebih enak dua menu sebelumnya. Tapi saya kasih poin lebih untuk kreativitasnya dan yang paling saya puji adalah tahu nya. Beneran, tidak bohong, Saya puji kualitas tahunya. Saya kurang yakin apa tahu yang dipakai ini tahu Yun Yi, tapi tahu yang dipakai di seluruh menu ini, bertekstur sangat lembut. Yang pasti tidak sehalus tahu sutra yang biasa dipakai buat bikin Mun Tahu. Tapi asli, baik tahu kuning dan tahu putihnya lembut dan kalau dimakan kayak buyar atau lumer gitu. Tahu Yun yi aja gak segitu lembut apalagi kita juga tahu, rata - rata orang jualan tahu, tahunya kurang lembut.  Warung Talaga ini patut dicoba kalau berkunjung ke Ciwalk. Selamat makan!

Friday 9 August 2013

DELICIOUS FOODS = WEIGHT GAIN

Saya setuju..!! Makan makanan enak sama dengan kenaikan berat badan. Yah emang sih, muncul lagi pernyataan, tergantung seberapa besar porsi makannya. Tapi sih, jujur aja..biarpun body saya sekel alias gemuk..hehehe...sehabis liburan ke Bandung 2 hari 1 malam, saya sampai takut timbang berat badan. Takut timbangan teriak..! ahahahaha... Awalnya, saya segan jalan - jalan ke Bandung. Ibaratnya, bosen, bandung lagi bandung lagi. Tidak ada yang lain kah? Tapi tiba - tiba kakak sepupu perempuan saya yang kebetulan pulang setelah merantau di negeri orang, mengajak saya backpacker ke Bandung. Yaaa.. Oke lha, secara saya tidak pernah jalan dengan tema backpacker di dalam negeri. Beda kalau ke luar negeri, saya ini pasti masuk list backpacker kere..hehehe....Kakak sepupu saya tanya : "kita ke Bandung ngapain aja? "
Yang saya jaawab asal : " wisata kuliner ".. dan akhirnya, jadilah kami pergi ke Bandung berdua dan menginap di hostel. Tolong catat ya, HOSTEL bukan HOTEL..! Tahu dong bedanya? Kalau tidak tahu, sana cek di google.

Nasi Campur
Hari pertama, kami tiba di Bandung sekitar jam 11.30 siang dan perut sudah keroncongan. Maka saya dan sepupu saya sepakat untuk check in dahulu di hostel, baru cari makan. Setelah check in, kami cari makan di Pasir Kaliki. Kami makan Nasi Campur yang 100% di cap haram. Untuk ukuran nasi campur tenda, yaaahh..porsi minimalis dan rasanya standard sih. Hanya nasi putih, babi merah, babi panggang, baso goreng dan telur. Menurut saya, nasi campur tendaan ini enak banget. Secara, cuma modal tenda, di pinggir jalan pula, bisa gitu jualan nasi campur, yang memang rasanya not bad, serta daging semua, bukan kebanyakan lemak babinya. Beda lha kalau dibanding sama Nasi Campur di restoran Harum, atau Nasi Campur Kenanga, yang isinya macem - macem. Ada nasi, babi merah, babi panggang, ngo-hiang, siomay, telur dan sate babi. Yang bikin tambah enak adalah sambalnya yang lebih mirip jebakan batman. Saya yakin, para pembaca setuju, bahwa biasanya, namanya sambal di warung tendaan begitu, sambal yang disajikan, pedasnya bohongan. Tapi yang ini, asli cabe rawit, dan pedas banget. Saya cobain sedikit, minum sampai 3 teguk lebih. Pedasnya asli, gak nahan. Mungkin ini juga yang bikin orang kalap kalau makan.

Setelah makan nasi campur, saya makan lumpia basah. Yang sayangnya, saya tidak foto. Karena lupa dan terlalu seru buat makan. Lumpia basah di Bandung, beda dengan lumpia basah dari Semarang. Kalau di Bandung, langganan saya, persis di depan toko sosis di Jl. Pasir Kaliki. Satu porsi harganya IDR 10.000. Jadi, si penjual akan tumis bawang, telur, tauge dan bangkoang. Setelah ditumis, langsung disiapkan kulit lumpia dan sudah dilapis bumbu kental yang lebih mirip lendir ( saya tidak tahu namanya ), setelah itu, tumisan dituang diatas kulit lumpia, lalu dilipat dan siap disantap. Rasanya? Enaaaakk..!! Top abis deh dan harus di cobain. Mungkin bila anda masih di Bandung, coba segera dicoba dan tes sendiri rekomendasi saya.


Nasi Timbel
Malam harinya, kami kepengen nongkrong di Dago Tea House, tapi buta arah, alias gak tahu lokasinya dimana. Beruntung, supir angkotnya baik dan dia tahu lokasinya, dia mau anterin sampai Dago Tea House. Makanan yang disajikan ada bermacam - macam, mulai dari menu makanan Jawa Barat, sampai Chinese Food, ada semua. Saya pesan Nasi Timbel, Karedok, Sate Kambing. Yah, soal rasa sih, enak juga. Saya suka ayam bakarnya. Ayam bakarnya cukup kering kulitnya, dan bumbunya pun meresap, biarpun cuma bumbu kecap dan agak sedikit pedas. Karedoknya juga enak, tapi anehnya, kami pesan pedasnya sedang, tapi koq begitu dimakan, pedasnya lebih dari sedang. Padahal cabe kan lagi mahal, tapi tetap terasa pedasnya. Jadi saya rasa, biar cabe mahal, tetap tidak boleh menurunkan standard kualitas makanan. Bisa jadi masukan buat beberapa teman yang mungkin usaha berdagang makanan. Jangan turunkan standard makanannya, misalnya mengganti cabai dengan bahan lain, sehingga rasanya pedas, tapi bukan pedas cabe. Selain membahayakan si penyantap, tentunya anda juga tidak mau usaha jadi berantakan karena ketahuan kecurangannya oleh polisi dan akhirnya digiring ke polisi gara - gara bahan tidak jelas kan? Hehehe.. Saya juga makan sate kambingnya. Well, namanya kambing biasa dagingnya emang agak sedikit keras, tapi kebetulan yang saya makan cukup empuk, tapi cenderung kering, saking ngipas satenya keasikan dan daging kambingnya nyaris gosong. It's okay, lagipula, bumbu satenya enak dan sate kambingnya juga cukup empuk. Dago Tea House ini menyajikan pemandangan yang cukup spektakuler, walau tidak se-spektakuler kalau kita makan di The Peak atau The Valley. Tapi harga makannya terjangkau koq. Saya makan 3 set menu itu, cuma habis sekitar IDR 80.000. Murah kan? Jadi pengen ke Bandung...

Sate Kambing & Karedok