Thursday 21 February 2013

Bahasa yang menyesatkan ?

Ini kisah gila antara pembeli makanan di restoran dengan pegawai restoran.

Dulu waktu ke Malaysia pertama kali, saya sampai bolak balik ngomong sama pelayan restoran minta teh tawar hangat.
" I want a cup of hot tea, with no sugar, okay? "
si pelayan angguk - angguk doank. Saya pikir dia sudah mengerti. Setelah makanan keluar, saya mulai mencium ada yang tidak beres. Karena minuman saya tidak keluar juga. Saya kembali panggil si pelayan.Saya bilang, lagi " Tea please ". Dia liatin saya. Saya liatin balik. Dalam hati : "Helloo?? lo ngerti kagak? " . Lalu si pelayan pergi dan bertanya kepada supervisor nya. Saya jadi mulai frustrasi, untung si supervisor pelayan datang, dan bilang, " Tea? "
Saya jawab, " yes. Tea. "
" Teh Kosong? "
Saya jeplak aja nekad, saya bilang " Yes ", daripada saya tidak minum sehabis makan. Si pelayan kembali ke dapur, dan... eng..ing..eng.. keluar lah segelas teh, sesuai yang saya inginkan, Hot tea with no sugar. okay, jadi pelajaran moral nomor 1 yang bisa diambil : Bila anda ke Malaysia dan ingin minum teh, katakan Teh Kosong. Karena mau pakai bahasa inggris, ampe kiamat juga gak ada yang ngerti.

Seperti yang sudah saya katakan di postingan sebelumnya, masyarakat di Sibu itu, mayoritas adalah keturunan Tionghoa, sehingga mereka lebih fasih berbicara mandarin daripada bahasa melayu atau bahasa inggris. Dan kejadian yang sama terulang lagi. Begini kisahnya :

Kami berlima makan malam di Kedai kopi, lalu seperti biasa, kami panggil pelayannya dan pesan makanan. Si pelayan ternyata sudah tua, jadi mungkin telinganya sudah tidak bisa mendengar dengan baik. Udah gitu, pesanan kita tidak dicatat, tapi cuma dihafal, parahnya lagi, bicaranya kayak orang melantur, kumur - kumur, gak jelas gitu deh. Pokoknya itu pelayan sesuatu banget deh. Sampai lah kami dalam situasi, kami akan memesan minuman. Yang pesan minuman hanya 3 orang. Saya mau teh susu, yang lain maunya teh tawar. Jujur aja, saya sudah melupakan pelajaran moral nomor 1. 
" I want Milk tea ', saya katakan seperti itu kepada pelayan.
" What ? ", jawab pelayan.
" Milk Tea ".
si pelayan cuma bengong aja.
"M.I.L.K T.E.A ", saya katakan menggunakan gaya eja yang diajarkan pelatih paduan suara saya, dengan pelafalan huruf L dan K yang lebay. Masih tidak mengerti juga.
Teman saya inisiatif ngomong pakai bahasa mandarin terbatas ( catat : terbatas, pas - pasan, seadanya aja.. yang penting loe ngerti gue ngerti, we all together understand ).
" Nai Cha " --> bahasa mandarin Susu = Nai, Teh = Cha
Si pelayan masih geleng - geleng dan bilang " What? "
Ya Tuhan pencipta langit dan bumi dan segala isinya, nih pelayan tidak bisa mendengar atau beneran tidak mengerti?
Saya menyerah, dan bilang terserah deh minum apa. Tidak minum juga tidak apa - apa.
Teh Susu Yang Saya Inginkan
Lalu si pelayan minta tolong anak pemilik kedai untuk bantuin pesanan kami, yang rupanya si anak pemilik kedai, juga sama butanya dalam bahasa, sama seperti si pelayan. Guuubbrraakk..
Kami pun pasrah, apapun yang keluar, kami minum deh.
Daaaaann.. jreeenngg..jreeenngg..
Keluarlah : 1 Gelas Susu dan 2 Teh hangat tawar.
Gileeee..gendut deh gue..udah makan kwetiau rebus topping daging babi, pke minum susu.. Bussseettt daahh..
dan karena sudah berikrar akan minum apapun yang disajikan, mau tidak mau, segelas susu saya tegak juga..

PS. Pelajaran moral nomor 2 : bawa kamus mandarin kalau pergi ke Sibu.. 




No comments:

Post a Comment