Thursday 28 February 2013

Fine Dinning at Sun City Hotel

Awalnya saya tidak tahu di mana Sun City Hotel. Ternyata hotelnya terletak di Lindeteves, Glodok. Jujur saja, saya tidak menyangka di Lindeteves ada hotel, dan ruangan hotelnya cukup mewah, walau aksesnya sulit untuk masuk ke hotelnya, apalagi bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan. Harus masuk dari pertokoan Lindeteves yang bila sore menjelang malam sepi dan gelap. Tapi bila anda memiliki kendaraan pribadi bisa langsung masuk melalui parkiran dan langsung menuju lantai 6 ke lobby ballroom hotel. 

Hari itu, saya ke Sun City Hotel, karena ada perayaan ulang tahun seorang pembesar. Jadi lah, saya dan teman - teman paduan suara diundang. Awalnya, kami berpikir hanya akan dapat makan buffet biasa seperti di acara undangan pernikahan. Tapi siapa sangka, ternyata malah acara fine dinning, walau bukan fine dinning resmi yang sendok dan garpunya berjejer ampe tidak tahu mau menggunakan sendok yang mana terlebih dahulu :)

Ada beberapa menu yang menarik perhatian saya. Salah satu makanan pembuka, yang saya tidak hafal namanya karena pakai bahasa inggris dan begitu di terjemahkan jadi kepanjangan. Sebagai contoh : tulisan di menu cuma 'Fruit Salad' , tapi begitu diterjemahkan menjadi Salad Buah ( apel, melon, nanas, mangga, dan strawberry ).  Gimana cara kita bisa inget semua ya? 
Makan pembukanya cukup harap. Berupa kulit babi yang tipis dan garing, renyah, crispy abis deh. dan dilapis dengan satu potong daging babi dan roti bakpau yang tipiiisss dan lembut. Rasanya? seperti yang kita semua tahu, enak banget.

Lalu ada Sup Ubur - ubur. Disajikan dengan tauge. Setelah saya coba, ternyata rasanya tidak berbeda jauh dengan sup asparagus. Bedanya, kalau asparagus dikasih susu atau krim, yang ini tidak. Jadi rasanya standard, dan cenderung tidak ada rasanya atau nyaris hambar. 

Sup Ubur - ubur
Setelah sup, berlanjut dengan Ikan Gindara saus lemon. Hmmm.. kalau dilihat, ikannya kecil dan emang kecil. Sesuai ciri khas makanan hotel : porsi mini, harga mahal, rasa standard - standard saja. Sekali telan, ilang dari piring, tapi berhubung ini fine dinning tidak mungkin kan kita makan sekali telan? Yang enak dari ikan gindara adalah tekstur daging ikan yang lembut, serta saus lemonnya yang asam dan sedikit manis. Setidaknya mendingm daripada kalau 100% lemon. Rasanya pasti cukup asam, dan yang ada bisa sakit maag.

Ikan Gindara Saus Lemon

Setelah makan daging, lalu ikan, saya kepengan makan sayur. Untung lah keluar sayur hijau. Semacam sayur Po Ling, ditumis dengan telur dan hoisom. Sama seperti Sup Ubur Ubur, rasanya agak tawar. Tapi rupanya lumayan untuk menghilangkan rasa minyak dimulut. Dan kuahnya juga cukup segar.

Cah Po Ling
Sebagai minuman, saya memesan Fruit Punch. Biasanya Fruit Punch akan berawarna agak sedikit merah dan oranye. Tapi di Sun City, Fruit Punch berwana kuning karena campuran nanas, mangga dan melon. Sayangnya, Fruit Punch tersebut diberikan whip cream, sehingga kesegaran buahnya jadi kurang terasa.
Fruit Punch
Menu Fine Dinning di Sun City sebetulnya masih banyak. Tapi cukup lah, saya berikan high light pada beberapa menu. Sisanya, silakan anda coba sendiri di Sun City Hotel. Yang pasti, setelah saya mencicipi seluruh menu di Fine Dinning tersebut, menu masakan di Sun City Hotel termasuk enak dan tidak asal - asalan, walau lokasi hotelnya terpencil di Lindeteves. Selamat mencoba.




Wednesday 27 February 2013

Singapore For Beginner

Sejak diadakannya perjanjian antara negara - negara di ASEAN, maka saat ini, bila kita jalan - jalan ke salah satu negara ASEAN, maka anda tidak memerlukan visa, dan yang lebih menyenangkan, tidak ada bayar fiskal lagi di Indonesia sejak diterapkannya wajib pajak. Memang masih ada beberapa negara ASEAN yang masih memerlukan visa, tapi sejauh ini, visa tersebut bisa diperoleh saat anda tiba di salah satu negara ASEAN tersebut. Contohnya seperti Laos, Myanmar dan Kamboja. Makannya tidak heran, bila banyak warga Indonesia yang kerap berkunjung ke negara - negara ASEAN. Salah satu destinasi favorit orang Indonesia yang belum pernah ke luar negeri adalah Singapura. Negara yang luasnya lebih kecil dari Jakarta ini, justru memiliki banyak objek wisata dan wisata kuliner yang menarik. Ada 3 kuliner yang saya paling suka di Singapura dan hukumnya wajib, kudu, harus dicoba. Menyesal deh kalau tidak mencoba.

Es Durian Kacang Merah
Salah satunya Es Durian Kacang Merah. Saya suka heran kalau ada orang yang tidak suka makan durian, padahal durian itu enak banget banget. Wangi dan membangkitkan selera. Saking enaknya, sekarang saya mengerti kenapa dibilang King Fruit, karena durian itu memang nikmatnya tidak ada yang bisa kalahin. Es Durian Kacang Merah bisa di dapat di setiap food court di Singapura. Kalau yang saya makan ini, saya makan di food court dekat terminal di daerah Bedok. Bedok terletak di pinggiran Singapura. Harga barang / makanan di Singapura biasa berbeda, tergantung daerah atau lokasinya. Semakin ke tengah kota semakin mahal. Untuk perbandingan, saya makan Es Durian Kacang Merah di Vivo Mall, kurang lebih SGD 3,5 per mangkok. Sedangkan di Bedok, hanya SGD 2,5 per mangkok. Lumayan kan selisihnya? Es Durian Kacang merah ini, isinya mirip es campur. Ada nangka, kacang merah, cincau, nata de coco, tape dan diberikan es serut serta syrup. Di atas syrup dan es serut akan dituangkan semacam cream durian yang lezat. Enak dan top markotop.

Bakut Teh
Selain Es Durian Kacang Merah, di Singapura, anda bisa makan Bakut Teh di Song Fa. Sssttt..yang pasti haram lho..! Kedainya terletak di Clarke Quay, bisa naik MRT dan turun di stasiun Clarke Quay. Letak kedainya di pinggir jalan, tidak di dalam area Clarke Quay. Ada yang beda dengan Bakut Teh di Song Fa. Kalau makan Bakut Teh di Song Fa, sayur asin nya tidak digabung dengan kuah Bakut. Jadi dipisah tersendiri, dan rasanya, tidak usah tanya deh. Beda banget sama masakan sayur asin disini. Di Song Fa, rasa sayur asin nya  asam cenderung manis. Tekstur sayur asinnya tidak keras dan kriuk kriuk, tapi cenderung lembut. Daging Bakut yang disajikan pun benar benar daging iga yang mudah dimakan tanpa takut serpihan tulangnya tergigit. Kuahnya juga nikmat, bisa minta tambah kuah. Rasa kuahnya saya akui memang agak kebanyakan lada, tapi justru itu yang membuat rasa Bakut ini enak banget. Porsi Bakut Teh nya ada 2 macam. Porsi kecil dan besar. Kalau ambil porsi kecil, cuma dapat 3 potong iga babi. Tapi kalau ambil yang besar, dapat 5 potong iga babi. Saya sarankan ambil yg porsi besar, karena selisihnya tidak terlalu jauh.

Roti Cane isi Telur
Sekarang kita beralih ke masakan India. Kalau ke Malaysia atau ke Singapura, anda harus mencoba Roti Cane / Roti Cenai, rotinya orang india. Rotinya itu seperti roti pizza, tapi lebih tipis dan garing. Crispy abis. Tempat jualan Roti Cenai yang enak ada di Calvin Road / Kevin Road. Di jalanan, semuanya jualan roti cenai yang tidak kira - kira porsinya. Roti cenainya ada macam - macam. Bisa Roti Cenai polos yang dimakan dengan bumbu kari atau kari kambing. Yang enak menurut saya seh Roti Cenai dengan Kari Kambing ya. Tapi bagi yang punya darah tinggi, hati - hati kolesterol tinggi ya. Kalau mau Roti Cenai yang manis, mereka juga ada yang disajikan dengan Es Krim di dalamnya, dan diberi whip cream di atasnya. Porsinya besar dan ee krim berlimpah ruah. Bisa juga pesan Roti Cenai isi telur, tapi lebih mirip seperti makan martabak telur. Rugi kalau cuma pesan isi telur. Harus mencoba Roti Cenai dengan Kari Kambing. Top recommended pokoknya. Mau coba? Ayo jalan - jalan ke Singapura. Dijamin tidak rugi deh.




Roti Cenai Polos


Kuah Kari Polos

Kari Kambing

Roti Cenai Es Krim



Tuesday 26 February 2013

MIE = BAKMIE = NOODLE

Sering sekali saya bingung, apa bedanya bakmie. mie, noodle, kayaknya semua sama ya, intinya adalah mie. Tapi kalau diperhatikan gerobak tukang mie, pasti beda - beda tulisannya. Ada yang tulis 'Mie Ayam', ada juga yang tulis 'Bakmie Ayam'. Sesuai judulnya, hari ini saya akan berikan informasi tentang tempat makan mie yang enak di Jakarta. Kita mulai dari daerah Muara Karang, tepatnya di Pasar Muara Karang.

Mie Siantar
Siapa yang tidak kenal nama Mie Siantar? Di Jakarta, cukup banyak kedai / restoran yang menjual Mie Siantar, tapi dari sekian banyak kedai / restoran, saya paling suka Mie Siantar di Pasar Muara Karang. Saya makan sampai blenger bener deh. Satu porsi mie dengan daging babi, lalu dikasih pangsit, dan dikasih telur. Soal rasa, Mie Siantar itu sudah pasti gurih, nikmat, dan enaknya puol. Porsi tidak kira - kira. Dan yang selalu membuat saya heran, biasanya mie seperti ini, minyaknya pasti banyak dan suka bikin eneg. Tapi seperti saya bilang, kebanyakan tukang mie yang menjual mie siantar, sepertinya memiliki cara tersendiri untuk mengurangi rasa eneg karena minyak yang terlalu banyak. Salah satunya, dengan kuah yang rasanya tawar, sehingga minyaknya tidak membuat kita  Terakhir saya makan, lengkap dengan minuman, kurang lebih habis 20 - 25rb per orang. Letak Mie Siantar ini ada di belakang Pasar Muara Karang. Di pasar Muara Karang sendiri, anda bisa mendapati beragam makanan Medan yang enak - enak. 
Mie Ayam Suensen

Selain itu, ada juga Mie Ayam Suensen di Pasar Baru. Nah, setahu saya ini termasuk kedai mie yang cukup lama di Jakarta. Well, soal rasa, pasti lebih enak dari Mie Ayam abang - abang di pinggir jalan. Namun walau begitu, tiap weekend, terutama hari minggu, tempat ini selalu ramai pengunjung. Selain menyajikan mie ayam, mereka juga menyajikan nasi campur, nasi cap cay, nasi goreng,dll. Dan harganya cukup terjangkau. 1 porsi Mie Ayam seharga 15 - 20rb.

Mie Kuah Sapi

Belum lama, saya makan di Pacific Place. Siapa bilang kalau makanan di Pacific Place mahal - mahal semua? Jadi, ceritanya, saya iseng jalan - jalan, window shopping ke Pacific Place. Saat jam makan siang, saya kepengen banget makan mie. Tapi ya tahu sendiri, di Pacific Place, harga makanan di restorannya cukup mahal. Rasanya uang rupiah saya tidak laku kalau belanja di Pacific Place. Lalu saya lihat ada restoran Vietnam, di sebelah restoran Ramen, tidak jauh dari Starbucks Pacific Place. Nama restorannya saya sudah lupa, maklum, saya punya sedikit kekurangan dalam menghafal nama restoran :)

Saya pesan Mie Kuah Sapi, karena harganya masih masuk akal. Setelah menunggu 10 menit, disajikanlah Mie Kuah Sapi. Waahh..saya kaget, karena porsinya besar juga. Saya pun langsung makan. Hmmm..Kuahnya benar - benar kaldu sapi, terasa rasa sapinya dan kuahnya juga tidak berminyak. Yang unik, mie nya berwarna putih. Beda dengan mie yang lain. Saya pikir ini kwetiau pada awalnya, tapi kata pelayannya, itu adalah mie dibuat dari beras, jadi warnanya putih. Mie nya tidak lembek, tapi cenderung kenyal. Sapinya bukan sapi potong, tapi potongan daging sapi yang tipis seperti sukiyaki. Wah, enak banget deh..tidak rugi juga saya makan di restoran tersebut. Dengan mengeluarkan kocek sekitar 35rb termasuk minuman, saya rasa tidak terlalu mahal untuk ukuran Pacific Place.

Selamat mencoba yaa..

Monday 25 February 2013

GOODBYE MALAYSIA

Hari ke 5, kami pulang kembali ke Tanah Air.. serasa TKW aja, bilangnya Tanah Air..hehehe..maksudnya kembali ke Indonesia. Berhubung kami ini jalan - jalan, modal nekad, jadi modal uangnya juga kecil, sehingga pergi dan pulang kami naik Air Asia. Yang sudah pernah ke Malaysia, pasti tahu, kalau naik Air Asia, kita akan tiba dan berangkat dari LCCT ( Low Cost Carrier Terminal ). Bentuk bandaranya memang low cost abis, serasa gudang deh. Tapi walau begitu, di LCCT ini ada banyak makanan enak dan yummy. Salah satunya sushi.

Toko yang menjual sushi ini adalah sushi cepat saji, namanya Sushi To Go ( kalau gak salah ingat ). Harganya murah, kalau kita tahu harus beli sushi yang mana. Pas saya ini sushi mania, jadi saya langsung ngiler pengen makan sushi begitu lihat ini toko. Pas juga, teman - teman seperjalanan saya juga pecinta sushi, atau pemakan segala yang bisa dimakan :)

Kami membeli sushi ukuran besar, yang bisa dibagi buat 5 orang seharga RM 30, kalau di kurs sekitar Rp. 100.000. Muraaaahh bangeeett,,,dan rasa sushinya enak juga, not too bad untuk sushi siap saji. Porsinya jumbo abiiss..
Aneka Sushi
Mantap kan sushinya? Dijamin 100% bakalan ngiler. Setelah beli sushi, kami keliling LCCT, karena pesawat connecting kami dari Kuala Lumpur ke Jakarta, masih ada sekitar 3 jam lagi. Lalu mampirlah kami ke Old Town Coffee. Kami pun mulai pesan makanan untuk makan siang. Tempatnya ramai, dan wangi masakan bikin lapar. Saya pesan nasi kari, ada yang pesan laksa, Nasi Lemak,dll. Yang paling rugi adalah kalau pesan Nasi Lemak alias Nasi Uduk nya warga Malaysia. Masih kalah enak ma Nasi Uduk di depan rumah saya. Dari segi apapun, masih lebih enak Nasi Uduk di Indonesia deh. Mulai dari nasinya, rendangnya, dll, waaahh,..masih lebih sedap Nasi Uduk Indonesia. Kalau memang penasaran silakan coba sendiri. Nasi Kari di Old Town Coffee pun enak dan Laksa nya lumayan juga. 
Nasi Lemak

Nasi Kari



Nasi kari terdiri dari Ayam dan Kentang. Kuah karinya agak encer seh, tidak kental seperti Nasi Kari Jepang di Sushi-tei. Tapi rasanya pas untuk lidah orang Indonesia. Laksa, juga sama. Intinya keluar uang lebih untuk makan di Old Town Coffee ini gak rugi. Karena makanannya lumayan enak. Isi laksanya juga gak pelit, ada udang, baso, tahu, sayur, telur, kuahnya juga pas, tidak kental, rasa laksanya walau agak abal - abal, tapi gak asal - asalan. Jadi, mau makan dimana kalau anda di LCCT?

Mie Kuah Udang

Laksa

Bihun Kangkung


Friday 22 February 2013

Goodbye Sibu, Welcome Bintulu

Sesuai judulnya, hari ke 4, kami akan menuju Bintulu. Tentu saja, karena pagi hari kami tidak dapat sarapan di hotel, jadi kami keliling cari Kedai Kopi lagi untuk makan pagi. Dan kami menemukan kedai kopi yang cukup sepi. Teori saya, Kedai Kopi yang sepi biasanya makanannya tidak enak, atau harganya mahal, atau memang lokasi tidak strategis. Tapi kalau melihat lokasinya, memang agak kurang strategis. Tapi setelah kami duduk, ada beberapa orang juga yang datang dan memesan makanan. Kami juga melihat - lihat menu. Seperti biasa, semuanya tulisan mandarin. Untungnya kedai kopi yang kami masuki ini cukup manusiawi. Di setiap menu ada gambar masakannya, jadi kita tidak merasa seperti tebak - tebakan berhadiah atau serasa beli kucing dalam karung :)

Bihun Kuah
Menu yang cukup special adalah Mie Kecap dan Bihun Kuah. Kedengarannya biasa saja. Yah, pas pesen saya juga tidak mengharap rasa yang gimana - gimana. Dan disajikanlah Mie Kecap dan Bihun Kuah. Mungkin ada yang belum tahu apa itu Mie Kecap? yang jelas, mie kecap itu bukan mie goreng ya..hehehe.. Mie Kecap itu semacam mie rebus, model seperti mie ayam, tapi dikasih kecap manis. Specialnya ini Mie Kecap, adalah toppingnya dikasih daging babi. Dan rasa kecap manis serta rasa asin nya pas banget. Udah gitu mie nya juga tidak lembek. Cenderung kenyal tapi mudah dikunyah, tidak seperti mi karet. Top deh nih masakan. Lalu saya cobain bihun kuahnya. Sama seperti saya bilang, masakan di kedai - kedai itu sederhana. Kalau dibilang Mie Kecap, pasti cuma mie dan kecap. Kalau makan mie goreng, juga beneran cuma mie di goreng. Sama juga dengan bihun. Cuma bihun dan kuah, dan dikasih daging ayam, yang potongan ayamnya cukup besar. Waaah...kuahnya nikmat. Enak banget. Kuahnya agak minyak, tapi tidak bikin eneg, dan berasa kuah ayamnya, Bukan cuma kuah asal - asalan kayak kita beli bihun rebus di tukang mie abang - abang pinggir jalan di Jakarta. Dan yang terpenting, si pelayan mengerti teh susu yang saya maksud. Senangnyaaaa...


Mie Kecap

Nah, dari Sibu ke Bintulu lama perjalanan sekitar 4 jam. Yang bikin bete, pemandangan di kiri kanan jalan cuma pohon, sesekali ada rumah penduduk, tapi tidak beragam seperti kalau kita lewat jalan tol Jagorawi atau Cikampek Padalarang, yang kadang cukup spektakuler dan beragam yang bisa dilihat. Setelah 2 jam, kami berhenti di tempat peristirahatan untuk menumpang kamar kecil. Konsep tempat peristirahatannya sama seperti di indonesia. Tapi agak sedikit purba. Karena kalau kita di jalan tol, khusunya di Jawa, namanya tempat peristirahatan, ada restoran, cafe, minimal pasti ada Solaria. Kalau di sana, cuma ada minimart dan jualan gorengan, seperti pisang goreng, kacang rebus, dan harganya tidak perlu ditanya mahal. Kalau kita beli gorengan di Jakarta seharga Rp.5000, sudah bisa bagi - bagi buat 5 orang, kalau di sana, RM 10 cuma dapat 5 pisang goreng. Kebayang kan mahalnya bagaimana? ampuuuunn...

Setelah melanjutkan perjalanan total 4 jam, kami tiba di Bintulu. Ternyata kota tersebut lebih tidak beradab daripada Sibu. Kalau di Bintulu, anda mau keliling tidak punya kendaraan, bakalan diem di rumah terus - terusan. Karena jarak satu perumahan ke daerah pertokoan bisa memakan waktu 10 menit perjalanan dengan kendaraan. Bayangin kalau jalan kaki dari kompleks perumahan ke pertokoan, apa tidak gempor tuh kaki. Kotanya cukup asri dan banyak pohon, tapi tidak terbayang deh jauh kemana - mana. Sama seperti Sibu, sama sekali tidak ada objek wisata, dan makin parah, tidak ada kedai kopi..! Jedeerrrr... Kalau malam hari, sepinya luar biasa. Rasanya kalau jalan kaki, serasa cuma kita doank yang lagi jalan, dan suara derap langkah kita menggema sepanjang jalan. Cocok buat syuting film kuntilanak. Kita ngomong bisik - bisik, rasanya tetangga sebelah bisa dengar obrolan kita. 

Setelah memasuki kota Bintulu, kamu singgah di hotel untuk istirahat. Nama hotelnya adalah Homey Guest House. Hotelnya antik, harus naik sekitar 20 anak tangga untuk sampai ke receptionis. Wuiihh,,anti banjir juga nih hotel. Kalau dilihat dari luar, serasa kos - kosan atau hotel esek - esek aja. Yang pasti kalau menginap sambil bawa koper besar, rasanya kalau check out, koper tinggal lempar saja ke bawah. Dan kamarnya pun cuma ruangan kecil seukuran 3 x 3 meter. Mungkin sebetulnya ini penginapan backpacker. Kamar mandi sharing di luar. Jadi siapa cepat dia dapat. Dindingnya bukan tembok, tapi triplek. Walaupun bagitu, hotel tersebut masih menyediakan sarapan, walau cuma roti, selai dan teh.

Yang lucu adalah gereja tempat kami berbakti. Kalau anda adalah umat nasrani dan pernah ikut Sekolah Minggu, pasti ingat gambar gereja. Yang kalau saya perhatikan, dari zaman saya masih kecil ampe sebesar sekarang, gambarnya pasti tanah lapang, gereja di tengah - tengah lapangan, trus ada gambar anak - anak lagi lari - lari ke arah gereja. Gereja di Bintulu persis seperti gambar itu. Saya langsung terkesima.

Hal terabsurd saat saya di Bintulu adalah, kamar mandi hotelnya. Kebetulan saya baru balik ke hotel malam hari. Mumpung kamar mandi sepi, saya pun langsung mandi dan sikat gigi. Selama ini, saya menginap di hotel belum pernah ada kasus mati lampu. Dan terjadilah mati lampu pada saat saya mandi. Saya diam. Saya langsung berpikir, mungkin si pegawai hotel berpikir tidak ada orang di kamar mandi, jadi lampu dimatiin. Baru berpikir seperti itu, tiba - tiba lampu nyala. Waduh..serem banget nih hotel. Saya langsung berdoa komat kamit sambil terus mandi. Selesai berdoa, lampunya malah mati. Wah, gak bener ini. Setelah lampu mati baru saya sadar, ada jendela di atas closet, tidak gede sih, tapi lumayan besar, dan orang bisa mengintip dari jendela tersebut karena letaknya tidak terlalu jauh dari kepala saya. Hadduuhh..jangan sampai ada yang nongol dari itu jendela. Mau setan atau orang, pokoknya saya berdoa dalam haii dan minta jangan sampai ada yang nongol dari jendela tersebut. Saya mandi cepat - cepat dan begitu selesai, saya langsung woosshh...ke kamar.

Di kamar saya cerita pengalaman saya. Teman saya bilang, " kayaknya memang listrik hotelnya tidak kuat deh. Tadi gue juga mandi juga begitu. Kayak lampu disko. Tapi gue setuju ma lo, itu jendela emang bisa dipakai buat ngintip ".
ahahahahaa..bagus lha, berarti ada yang bernasib sama seperti saya :)




Thursday 21 February 2013

Bahasa yang menyesatkan ?

Ini kisah gila antara pembeli makanan di restoran dengan pegawai restoran.

Dulu waktu ke Malaysia pertama kali, saya sampai bolak balik ngomong sama pelayan restoran minta teh tawar hangat.
" I want a cup of hot tea, with no sugar, okay? "
si pelayan angguk - angguk doank. Saya pikir dia sudah mengerti. Setelah makanan keluar, saya mulai mencium ada yang tidak beres. Karena minuman saya tidak keluar juga. Saya kembali panggil si pelayan.Saya bilang, lagi " Tea please ". Dia liatin saya. Saya liatin balik. Dalam hati : "Helloo?? lo ngerti kagak? " . Lalu si pelayan pergi dan bertanya kepada supervisor nya. Saya jadi mulai frustrasi, untung si supervisor pelayan datang, dan bilang, " Tea? "
Saya jawab, " yes. Tea. "
" Teh Kosong? "
Saya jeplak aja nekad, saya bilang " Yes ", daripada saya tidak minum sehabis makan. Si pelayan kembali ke dapur, dan... eng..ing..eng.. keluar lah segelas teh, sesuai yang saya inginkan, Hot tea with no sugar. okay, jadi pelajaran moral nomor 1 yang bisa diambil : Bila anda ke Malaysia dan ingin minum teh, katakan Teh Kosong. Karena mau pakai bahasa inggris, ampe kiamat juga gak ada yang ngerti.

Seperti yang sudah saya katakan di postingan sebelumnya, masyarakat di Sibu itu, mayoritas adalah keturunan Tionghoa, sehingga mereka lebih fasih berbicara mandarin daripada bahasa melayu atau bahasa inggris. Dan kejadian yang sama terulang lagi. Begini kisahnya :

Kami berlima makan malam di Kedai kopi, lalu seperti biasa, kami panggil pelayannya dan pesan makanan. Si pelayan ternyata sudah tua, jadi mungkin telinganya sudah tidak bisa mendengar dengan baik. Udah gitu, pesanan kita tidak dicatat, tapi cuma dihafal, parahnya lagi, bicaranya kayak orang melantur, kumur - kumur, gak jelas gitu deh. Pokoknya itu pelayan sesuatu banget deh. Sampai lah kami dalam situasi, kami akan memesan minuman. Yang pesan minuman hanya 3 orang. Saya mau teh susu, yang lain maunya teh tawar. Jujur aja, saya sudah melupakan pelajaran moral nomor 1. 
" I want Milk tea ', saya katakan seperti itu kepada pelayan.
" What ? ", jawab pelayan.
" Milk Tea ".
si pelayan cuma bengong aja.
"M.I.L.K T.E.A ", saya katakan menggunakan gaya eja yang diajarkan pelatih paduan suara saya, dengan pelafalan huruf L dan K yang lebay. Masih tidak mengerti juga.
Teman saya inisiatif ngomong pakai bahasa mandarin terbatas ( catat : terbatas, pas - pasan, seadanya aja.. yang penting loe ngerti gue ngerti, we all together understand ).
" Nai Cha " --> bahasa mandarin Susu = Nai, Teh = Cha
Si pelayan masih geleng - geleng dan bilang " What? "
Ya Tuhan pencipta langit dan bumi dan segala isinya, nih pelayan tidak bisa mendengar atau beneran tidak mengerti?
Saya menyerah, dan bilang terserah deh minum apa. Tidak minum juga tidak apa - apa.
Teh Susu Yang Saya Inginkan
Lalu si pelayan minta tolong anak pemilik kedai untuk bantuin pesanan kami, yang rupanya si anak pemilik kedai, juga sama butanya dalam bahasa, sama seperti si pelayan. Guuubbrraakk..
Kami pun pasrah, apapun yang keluar, kami minum deh.
Daaaaann.. jreeenngg..jreeenngg..
Keluarlah : 1 Gelas Susu dan 2 Teh hangat tawar.
Gileeee..gendut deh gue..udah makan kwetiau rebus topping daging babi, pke minum susu.. Bussseettt daahh..
dan karena sudah berikrar akan minum apapun yang disajikan, mau tidak mau, segelas susu saya tegak juga..

PS. Pelajaran moral nomor 2 : bawa kamus mandarin kalau pergi ke Sibu.. 




Wednesday 20 February 2013

SIBU, What To Eat? 2

Mie Pangsit
Keesokan paginya, saya diajak oleh panitia untuk makan pagi. Wah, ternyata benar, banyak kedai kopi yang udah buka, dan bukan main tercium wangi masakan. Lapaaarrr.. saya dan teman - teman langsung serbu kedai kopi terdekat. Dalam satu kedai kopi, terdapat banyak penjual makanan. Mulai dari tukang mie, tukang bubur, dll. Ada banyak jenis makanan, tapi semuanya ditulis dengan huruf mandarin. Jreenng.. saya bingung, ini jual makanan apa aja ya? Karena tidak bisa membaca huruf mandarin, akhirnya saya main tunjuk aja dan menggunakan bahasa tarzan, alias bahasa tubuh. Saya pesan Mie Pangsit, dan yang keluar beneran cuma Mie dan pangsit rebus. Bussett..tidak ada topping macam - macam. Beneran cuma Mie rebus dengan pangsit rebus. Tapi rasanya, enak banget. Mie nya itu berupa mie keriting kecil, mie nya direbus pas dan tidak kelembekan karena direbus kelamaan. Pangsitnya? tidak usah ditanya, enak, gurih, lembut, kenyal, legit.. Sampai sekarang saya belum temukan tempat makan yang bisa jualan mie pangsit sesederhana ini dengan rasa yang cukup 'wah'. Aduuhh,,pokoknya enak banget deh.


Mie Goreng
Tapi tidak sampai disitu, ada beberapa menu nikmat lainnya di kedai kopi tersebut. Temen saya bilang, takut perut sakit, jadi makan yang aman - aman aja, jadi dia pesan mie goreng. Dan lagi - lagi kejutan. Begitu hidangan disajikan, beneran cuma mie goreng pake sawi ijo doank, dikasih daun bawang dan bawang goreng doank. Soal rasa mie gorengnya, tidak banyak komentar, rasa mie goreng nya, rasa standard pada umumnya. Not so special. Ada lagi yang pesan Mie Babat Kuah. kelihatannya enak. Tapi berhubung saya tidak suka babat, saya cuma cobain kuahnya. Kuahnya hitam karena pakai kecap manis dan rasanya cukup gurih. Babatnya juga gak pelit, dipotong cukup besar. Mie nya, mirip mie kuning yang besar seperti mie hokkian, tapi lebih kecil sedikit. Ada lagi yang pesan 1 porsi jeroan. Sama, kuahnya juga  hitam, tapi rasanya enak, gurih, nikmat deh. Saya tidak sangka, bahwa di kota kecil seperti Sibu, masakan di kedai kopinya enak - enak. Rasanya kalau saya punya kesempatan untuk ke Sibu lagi, saya mau cobain tiap menu di kedai kopinya :)

Mie Babat
Siang harinya, ternyata lebih seru lagi. Salah satu anggota panitia mengajak kami makan siang. Dia bilang saya harus cobain masakan ini. Ini masakan khas di Sibu. Enak deh. Karena dipromosikan orang lokal, saya pikir mungkin enak kali ya. Jadilah saya dan teman - teman ikutan makan. Ternyata masakan khas nya ada bubur. Di indonesia juga banyak yang jualan bubur. Tinggal sebut, mau bubur ikan, bubur ayam, bubur seafood, atau bubur pakai telur pitan,dll. Tapi lagi - lagi, dasar kota kecil, banyak kejutan menanti. yang datang memang bubur. Mangkok yang dipakai sekilas tampak porsi mini, tapi ternyata mangkok itu bisa diisi banyak dan saya sampai sesak makan bubur. Buburnya pun bukan bubur biasa. Saya lupa sebutannya, tapi yang pasti mereka sebut ini kerak bubur. Kerak bubur, dicampur kuah seafood dan diisi udang, baso ikan, cumi, jamur kuping, semacam sea cucumber, baso kepiting, dll. Banyak isinya, dan wanginya memang agak sedikit amis, mungkin karena pengaruh kuah seafoodnya. Secara keseluruhan, rasanya memang enak dan saya juga jarang menemukan bubur seperti ini. Tapi porsinya menurut saya besar banget. Saya makan sampai begah rasanya. beberapa teman bahkan tidak kuat makan lagi, akhirnya disisakan, Sedangkan orang lokal, sanggup makan sampai habis.


Kerak Bubur

Jeroan
Malam hari, saya merasa ingin makan yang 100% haram. Masa di Sibu yang mayoritas etnis keturunan tionghoa, tidak ada satupun yang jual masakan haram? karena penasaran, malam harinya saya ajak teman - teman keluar makan malam. Dan akhirnya ketemu. Saya pesan kwetiau dan topping dikasih daging babi. Enaknyaaaa... 
Kwetiau Rebus

Jadi mau mengunjungi Sibu kan?

SIBU, What to eat?

Saya baru punya blog sekitar akhir 2012, jadi agak basi dan telat juga seh update ini makanan. Tapi gak kenapa - kenapa. Karena, siapa tahu ada beberapa orang yang baru mau mengunjungi Kota Sibu dan Kota Bintulu. Yep, pasti jarang ada yang denger Sibu dan Bintulu. Pertama kali diajak pergi, saya pikir Cebu di Filipina. Ternyata oh ternyata, Sibu dan Bintulu itu ada di Malaysia. Di Sabah dan Serawak. Gak sangka kan?

Awalnya pergi ke dua kota itu cuma buat bantuin konser St.Paul. Akhirnya, saya suka juga kotanya, walau, tidak banyak hiburan. Saking tidak ada objek wisata dan tidak ada yang bisa dinikmati juga, akhirnya saya milih cari makanan. Maklum, kebiasaan saya, pasti kelayapan malam cari makanan.

Hari pertama tiba di Sibu, saya terkaget - kaget lihat airportnya. Mampuuss,,lebih mirip terminal daripada airport. Bahkan pas ngobrol ma petugas bandara di KL ( Kuala Lumpur ), mereka ampe terbengong - bengong dan mikir saya orang Sibu. Begitu tahu saya orang Indonesia, mereka lebih kaget lagi, dan bilang : What you gonna do in Sibu? there is nothing there.. Gleekk.. Okay, jadi saya pergi ke Sibu dengan tujuan kedua jalan - jalan sirna sudah. Waktu itu saya pergi akhir tahun 2011, mestinya airportnya sekarang sudah lebih bagus daripada akhir tahun 2011.

Malamnya saya keluar jalan - jalan dengan beberapa teman saya yang juga ikut dari Jakarta. Setelah bujuk sana bujuk sini, akhirnya kita berhasil menggaet panitia untuk ajak kita ke tempat makan. Jadilah kita makan di kedai kopi. Disana saya coba makan Chicken Wings dan Ayam rebus masak bambu.

Kiri : Ayam Masak Bambu
Kanan : Chicken Wings

Kalau lihat penampakan luar Ayam Masak Bambu ini, berantakan ya. Bahkan pas saya upload di Facebook, kakak perempuan saya komentar, " itu ayam berantakan banget ". Well, pertama kali makanan itu dihidangkan, saya juga sempet bengong sih melihat penampakannya. Tapi jangan salah, biar kata berantakan, menurut saya lumayan enak dan cukup segar. Rupanya, setelah saya tanya dengan salah satu panitia yang ikut makan, dia bilang, ayamnya itu dimasak di dalam bambu. Ooo..mungkin karena itu juga ayamnya jadi berantakan ya. Setelah makan kami pulang ke hotel dan diberitahu tidak dapat makan pagi. Jeeddeerrr... cari makan dimana pagi - pagi gtu? Jadi lah kami tanya - tanya lagi ke staff hotel dan diinfo, tidak perlu takut, karena banyak kedai kopi sudah buka pagi hari. Tenang lah hati ini dan masuk ke kamar dengan hati lega.

Besok pagi..
To be Continued.. :)